Minggu, 02 Desember 2012



MENGENALKAN ENTREPRENEUR KEPADA
ANAK-ANAK TK DAN PAUD.

Oleh SUNYOTO S.Sos, M.Pd

1. ALASAN MEMILIH JUDUL.

Alasan memilih judul buku ini adalah karena begitu besarnya keinginan penulis, karena begitu besar keprihatinan  dan  rasa tanggung jawab penulis sebagi seorang guru unruk dapat membantu mengantarkan para siswa dapat hidup lebih baik, hidup mandiri dan berkecukupan.

lebih dari 50% jumlah siswa disekolah tempat penulis bekerja, status sosial ekonomi siswa dan orang tua siswa termasuk strata ekonomi lemah.dan miskin. Sebagian besar pekerjaan para orang tua mereka adalah buruh tani, buruh lain, dagang kecil-kecilan, pekerja pabrik, pegawai tidak tetap disuatu kantor, PNS golongan I dan II. Dilihat dari mutu belajar mereka  rendah, hal ini terbukti tidak pernah dapat rangking kehormatan bila mengikuti lomba LKS SMK se jawa Timur,  Rangking UN juga tidak pernah menang dengan sekolah lain. yang selevel.

Kondisi seperti diatas memang banyak faktor yang harus di analisis kemudian ditingkatkan, sehingga sekolahku menjadi lebih baik dan lebih bermutu. Salah satu yang kami lakukan adalah seleksi Penerimaan Siswa Baru kami menginginkan calon siswa yang bermutu,  secara akademis, ekonomi dan sosialnya, namun  hasilnya juga belum maksimal. Proses pembelajaran yang harus dibenahi, agar mutu menjadi lebih baik, namun terkendala mindset para orang tua, guru, mind set para siswa dalam proses belajar mengajar, sarana prasana, masih belum mendukung.

Pendidikan itu dipercaya sebagai obat mujarab agar anak menjadi pandai, setelah pandai anak menjadi sukses dalam hidupnya, tingkat ekonomi dan status sosial menjadi lebih terhormat, tetapi kenyataannya apa ? Banyak siswa yang sudah lulus, tetapi situasi dan kondisi kehidupannya tidak berubah sama sekali. dan yang menyedihkan mereka setelah lulus masih menganggur, setelah mencari pekerjaan kemana-mana, dan tetap menjadi beban orang tua.

Penulis  ingin sekali membantu para siswa, mendorong menginspirasi mereka untuk memiliki jiwa Entrepreneurship dan menjadi Entrepreneur sejati. Penulis adalah  seorang guru kewirausahaan, bukanlah seorang pengusaha seperti Ciputra, Dahlan Iskan, Bob Sadino, Arum Sabil yang praktisi entrepreneur. Sebagai seorang guru dan kepala sekolah juga seorang entrepreneur tetapi lebih ke Social Entrepreneur, sehingga  dalam buku ini adalah berupa tulisan pengalaman sendiri dibidang entrepreneurship dan entrepreneur kecil-kecilan, dari pengalaman orang lain, dari berbagai literatur.
Penulis berharap agar para pembaca jangan melihat siapa yang menulis buku ini tetapi lihatlah apa isi pesan yang disampaikan oleh penulis dalam buku ini.

Penulis begitu peduli dan berusaha keras untuk dapat mengajarkan ilmu dan memberi pengalaman kepada siswa dalam hal entrepreneur karena hanya kepada para muda, perubahan kearah lebih baik bangsa ini akan terjadi. Kami yang tua-tua punya kewajiban membimbing dan mengarahkan mereka untuk berkarakter mulia, berkarya mulia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Dulu penulis kalau mengajar kewirausahaan lebih fokus pada teori, karena terpancang pada pencapaian target kurikulum, dalam arti pokok bahan teorinya semata. Praktek memang diadakan hanya sesekali sehingga tidak dapat mengkristal menjadi suatu kebiasaan bahkan budaya.

Sekarang yang ingin penulis tularkan adalah virus belajar dengan berpraktek sebagai siswa Entrepreneur. Teori menyusul setelah kegiatan praktek. Dihararapkan siswa dapat menemukan sendiri teorinya. Suatu contoh setelah melaksanakan praktek, siswa mengatakan
”Pak saya ditolak ketika akan masuk rumah orang,”
”Lalu apa yang kamu lakukan selanjutnya” tanyaku
”ya saya pergi, tidak jadi masuk, pak”
”berapa kali ditolaknya” tanyaku lagi pada muridku
”Satu kali pak, saya terus tidak mencoa lagi”
”Teorinya bahwa wirausahawan itu tidak boleh menyerah, putus asa, dan harus kreatif, cerdas dan komunikatif” jawabku
Artinya ditolak satu kali coba dua kali lagi, ditolak dua kali kamu berfikir mengapa ditolak, mungkin waktu berkunjung tidak tepat, mungkin kata pembukanya yang salah, mungkin penampilan kamu yang kurang menarik, cari cara lain sehingga kamu tidak ditolak, yakinlah pasti berhasil.
Siswa lain setelah melaksanakan praktek dagang mengatakan
”Waduh pak saya malu dengan teman-teman di kampung, saya diejek, terus saya tidak PD jadinya”
”Terus apa yang kamu lakukan selanjutnya” tanya penulis
”Saya tetap mencoba dan tidak saya ladeni mereka. pikiran saya, hanya satu saya harus bisa”
”Bagus teori mengajarkan bahwa jadi wirausahawan itu harus Percaya Diri, berani mengambil resiko, semangat, dan bekerja keras. Semua itu sudah kamu coba lakukan, terus lakukan, nanti kamu akan lebih percaya diri” jawab penulis pula.
Siswa lain lagi mengatakan
            ”Pak saya pertama menjual, sasaran saya adalah orang tua dan saudara-saudara saya sendiri dan laku, senang rasanya”
            ”Tidak mencoba ke tetangga depan, belakang, samping kiri, kanan rumah  atau rumah saudara kamu” tanya penulis pada siswa itu
            ”Belum pak, rasanya masih belum Percaya Diri, takut ditolak”
            ”Ya setidaknya kamu sudah benar punya taktik dan strategi, memang dalam bisnis itu secara teori harus tahu TAKTIK dan STRATEGI untuk berhasil, kesempatan berikutnya dicoba menawarkan pada tetangga yang diperkirakan potensial untuk membeli”  begitu saran penulis
Banyak keluhan-keluhan  lain dari Siswa misalnya, banyak saingannya, harga dari toko teaching factory sama atau lebih mahal sedikit dibanding ditoko sekitar rumah, pembeli maunya harga murah dan belinya kredit atau hutang. Motivasi penulis adalah, tetap semangat cari kiat sehingga akhirnya konsumen menerima barang yang ditawarkan. Jangan berfikir negatifnya tetapi berfikirlah positifnya misalnya kalian berhasil, kalian mandiri, kalian membuktikan bahwa kalian bisa, kalian bahagia mendapat keuntungan, kalian bangga dapat mencari uang dengan keringat sendiri, kalian bisa membantu orang tua, Beberapa contoh diatas adalah model pembelajaran saat ini, penekanan lebih pada praktek dan anak menggali sendiri dengan berbagai kreatifitas, kiat-kiat suksesnya.

Bakat dan minat siswa masing-masing juga merupakan salah satu faktor keberhasilan mereka, tetapi asal ada kemauan pasti ada jalan. Mereka yang melaksnakan dengan ketekunan, biasanya lebih berhasil dibanding mereka yang pandai tetapi tidak tekun melaksanakannya, Siapa yang minatnya tinggi bisa mengalahkan mereka yang punya bakat tetapi tidak ada minat.

Penulis sadar tidak mungkin semua siswa dapat menjadi seperti yang penulis inginkan, tidak mungkin seluruh siswa akhirnya dapat menjadi siswa entrepreneur, tetapi setidaknya dari 900 san siswa disekolah kami cukup  berharaf 2% nya berati 18 orang saja tiap tahun, diantaranya bisa menjadi entrepreneur sejati, itu sudah sangat bagus.

Seperti dinyatakan oleh pakar ekonomi David McClelland, negara bisa makmur bila jumlah entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya (Jamal Makmur Asmani 2011) Jadi apa salahnya bila SMK Negeri 4 Jember atau sekolah-sekolah lain sekolah apa saja, juga menargetkan minimal 2% siswanya untuk menjadi entrepreneur.


2. MANFAAT YANG INGIN DICAPAI.

Tumbuhnya mind sed menciptakan peluang kerja minimal bagi para siswa sendiri, syukur kalau bagi orang lain, mungkin tetangga, sadura, teman. Karena banyak peluang kerja yang sudah dapat digantikan perannya oleh mesin demi efisiensi dan efektifitas. Contoh di bidang perbankan, dengan adanya ATM yang mampu bekerja 24 jam sehari, sudah berapa banyak peran pegawai bank dapat tergantikan. Menurut Ciputra satu ATM dapat menggantikan tugas 3 orang pegawai bank.

Siswa sebagai orang muda, semangatnya, tenaganya, fikirannya masih kuat,
masih lentur, bila diajarkan, dilatih, dibiasakan dibimbing kearah entrepreneur maka akan sangat berpotensial sampai mereka menjadi dewasa nantinya. Seperti suatu pepatah lama mengatakan bahwa membentuk besi menjadi parang adalah ketika besi itu masih dalam kondisi lembek. Kalau itu yang terjadi maka dengan kemandirian mereka diharapkan dapat mensejahterakan dirinya sendiri,mensejahterakan orang tua, keluarga, tetangga, maka menjadi sumbangsih para siswa untuk mengurangi pengangguran dan sekali gus mengurangi kemiskinan.

Memang usaha yang dapat dilakukan oleh siswa entrepreneur sementara hanya usaha kecil yang kelihatannya tidak berarti, tetapi bila banyak yang berhasil maka akan menjadi kekuatan memutar roda ekonomi yang besar juga.

Jiwa entrepreneurship yang telah tertanam dalam diri siswa, merupakan kekuatan untuk mengisi pembangunan negara dan pembangunan bangsa. Kenakalan remaja berkurang karena jiwa entrepreneur mengajarkan untuk berbuat hal-hal yang terpuji, hal yang berguna. Mereka mempunyai kesibikan yang sangat positif dari pada sekedar hura-hura, tawuran antar siswa dan negatif lainnya.

Menginspirasi bagi para guru, para orang tua, pejabat pemerintah bahwa membentuk siswa sebagai pengusaha atau siswa entrepreneur itu positif dan harus ada sekolah yang berani memulai, bagi sekolah yang sudah memulai berani mengembangkan lebih baik lagi. Tentu saja dukungan dari berbagai fihak sangat dibutuhkan karena tanpa adanya suport minimal dari kepala sekolah, mustahil akan bisa terlaksana.

3. SISWA ENTREPRENEUR.

Siswa adalah masyarakat yang sedang menuntut ilmu dibangku sekolah, baik formal (belajar dilembaga sekolah) maupun non formal (belajar dikursus-kursus, di sanggar-sanggar belajar dan lain-lain)

Entrepreneur dalam pemahaman sederhana adalah pengusaha atau orang yang secara mandiri mendapatkan materi, kekayaan, dari usaha memeras otak, tenaga dan usaha kerasnya untuk mendapatkan uang atau penghasilan. Misalnya, pedagang besar, pedagang kecil, pemilik pabrik, pengusaha toko, petani, nelayan, pengusaha tambak, pemborong bangunan, pengusaha jasa, konsultan dan masih banyak lagi.

Sebenarnya banyak sekali definisi tentang Entrepreneur. Jamal Makmur Asmani (2011) Membedakan antara Entrepreneur (orangnya) dan Entrepreneurship ( sifatnya). Entrepreneur adalah orang yang mempunyai sifat jiwa, mulia, pemberani, mengadakan perubahan untuk dirinya dan lingkungan hidupnya. Menurut saya Entrepreneur itu dalam bahasa Indonesia adalah wirausahawan secara etimologi berasal dari kata wira adalah pejuang, pahlawan, manusia unggul, manusia teladan, berbudi luhur, pemberani dan mulia, Usaha, berusaha perbuatan, amal, bekerja, berbuat sesuatu untuk perubahan diri sendiri dan lingkungan serta bangsanya, Wan atau Man adalah kata akhiran yang berarti arangnya. Jadi wirausahawan adalah seorang wirausaha.

Sedang Entrepreneurship sama dengan kata Kewirausahaan yaitu sifat-sifat
yang dimiliki oleh seorang wirausahawan (kreatif, inofatif, disiplin, kerja keras, komitment, ramah, cerdas, tahan banting, pencipta lapangan kerja, mandiri, dll).

Siswa Entrepreneur adalah warga masyarakat yang menjadi pengusaha dikala masih dibangku sekolah, untuk menolong dirinya sendiri, keluarganya bahkan orang lain disekitarnya untuk bisa mencukupi kebutuhan kehidupan kesehariannya,

Apakah hal demikian mungkin untuk dilaksanakan oleh para siswa ? Jawabnya sangat mungkin dengan alasan sebagai berikut.:

Pertama, semasa muda tenaga dan fikiran, semangat juang masih serba sempurna dan hebat serta produktifitasnya tinggi. Semasa muda harus dilatih, dibiasakan supaya ketika menjadi dewasa sudah terbiasa dan tidak canggung lagi melakukan kegiatan sebagai pengusaha dewasa.
Dengan menjadi siswa Entrepreneur maka akan mempunyai jiwa atau karakter yang kuat diantaranya, kemauan tinggi, kerja keras, pantang menyerah, ulet dan tahan banting tidak cengeng, cerdas, kreatif dan inovatif, banyak akalnya, tahu dan bisa memanfaatkan peluang yang ada, mandiri tidak senantiasa bergantung pada orang lain..

Kedua membentuk karakter wirausaha ketika sudah dewasa lebih sulit, kalau toh
bisa, memerlukan waktu sangat panjang dan sifatnya instan, padahal kebutuhan akan pengusaha di negeri ini masih sangat banyak untuk menolong bangsa Indonesia keluar dari kemiskinan. Menurut teori Kuadrant Cashflow suatu bangsa tidak akan maju dan tidak akan sejahtera (lebih ditekankan pada ekonomi) bila penduduknya sebagian besar bekerja sebagai buruh, pekerja dan pegawai. Untuk menjadi maju dan sejahtera (dibidang ekonomi) maka sebagian besar penduduknya harus berprofesi sebagai Pengusaha dan Investor. Indonesia sudah membuktikan sejak jaman penjajahan sampai jaman merdeka penduduknya senang sekali menjadi buruh, pekerja, atau pegawai, dan kenyataannya sebagian besar penduduknya MISKIN.

Sudah saatnya sekarang ini para generasi muda mulai sejak usia PAUD sampai Perguruan Tinggi harus berubah pola berfikirnya dari ”SETELAH LULUS SEKOLAH MENCARI KERJA menjadi ”SETELAH LULUS MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA” .sendiri.

Pengenalan karakter atau Entrepreneurship harus dilakukan sejak dini, sejak anak masih PAUD dan TK. Karerna di tingkat ini, masih mudah dibentuk
dan ingatan siswa masih sangat kuat sehingga akan sangat melekat hingga dewasa nantinya.

Ketiga menurut Ciputra dalam bukunya Quantum Leap Pengangguran di Indonesia setiap tahun semakin bertambah dengan kurang lebih 20% dari jumlah penduduk Indonesia, bahkan terbesar adalah dari kalangan lulusan pendidikan, baik tinggi dan menengah atas. Karena lembaga pendidikan kurang fokus pada pembentukan entrepreneurship. Masyarakatpun lebih senang bila putra putrinya menjadi pegawai dibanding dengan jadi pengusaha. Inilah saatnya Indonesia bangkit dengan menggarap para muda menjadi Pengusaha atau Entrepreneur, sehingga dengan banyaknya entrepreneur roda ekonomi semakin keras berpotar, pengangguran semakin berkurang karena tersedianya lapangan pekerjaan lebih banyak, kemiskinan semakin membaik atau semakin berkurang karena lapangan pekerjaan tersedia lebih banyak sehingga masyarakat miskin mendapat tambahan penghasilan.

Siklus kehidupan berputar semakin membaik, entrepreneur memutar roda ekonomi -  tersedia lapangan pekerjaan – Penghasilan masyarakat meningkat – Daya beli masyarakat meningkat – Peluang dapat di tangkap oleh para
Entrepreneur.semakin banyak - jumlah entrepreneur semakin banyak pula begitu terus berputar semakin cepat semakin baik.

Masih menurut Ciputra dalam bukunya Jamal Makmur Asmani (2011)  tahun 2007 Entrepeneur di Indonesia masih sangat sedikit hanya 0,18% dari jumlah penduduk, Tetapi menurut berita by sms Indolife 11 Maret 2012 yang tidak menyebutkan sumbernya, dinyatakan bahwa hingga akhir tahun 2011 jumlah pengusaha di Indonesia sudah mencapai 1,56% dari jumlah penduduk Indonesia. idealnya untuk mampu memutar roda ekonomi dan penggerak pembangunan dibutuhkan 2% dari julah penduduk. Dibandingkan dengan Singapura tahun 2005 sudah 7,2% entrepreneurnya, Amerika tahun 2007
entrepreneurnya berjumlah 11,5% dari jumlah penduduk, maka Indonesia masih harus berjuang keras membangun kerajaan-kerajaan bisnis

Menurut Ciputra yang dapat meningkatkan jumlah Entrepreneur di Indonesia adalah Keluarga, Masyarakat dan Lembaga pendidikan.

ILUSTRASI 1 :

Anak laki-laki ini dari keluarga miskin dan dia yatim dan anak tunggal.. Rumahnya keci,l ukuran 3 x 5 m² itupun masih menyewa, pada desa, karena rumah itu ditepi jalan raya ditepi rel kereta api. Mungkin itu termasuk tanah milik Bina Marga atau mungkin tanah milik PJKA. Tetapi yang jelas dia menyewa kepada Desa setempat Rp 200.000 setahun, berarti kalau dibagi 12 bulan Rp 18.000 sebulan.

Mata pencaharian ibunya yang masih setengah baya itu adalah menjual karung
glangsi atau zak plastik, menjual makanan kerupuk berukuran besar, menjualkardus bekas yang jumlahnya tidak banyak dirumahnya. Dakala tidak ada pembeli dia membantu menjadi buruh cuci di rumah orang lain.

Sementara anak laki-lakinya sejak kecil berusia 8 atau 9 tahun masih sekolah di SD kelas 3 mejual es lilin dibawa kesekolah, yang di kulak dari tetangga. Selain itu dia mengantar dan menjual koran Jawa Pos, Surya dan Kompas. ke Perumahan yang tidak jauh letaknya dari rumahnya, sebelum berangkat sekolah. Dia bekerja dengan senang, iklash, dan menikmati pekerjaanya yang hasilnya tidak seberapa itu. Dia tetap sekolah dan bercita-cita sekolah terus paling tidak SMK Tennik mesin, dia ingin setelah lulus bisa membuka usaha bengkel dirumah kecilnya itu. Anak periang itu selalu menaiki sepeda BMX bututnya untuk sarana bekerja dan kesekolah.

Pada saat saya tulis buku ini anak tersebut sudah sekolah SMK Teknologi swasta kelas di Jember dan masih tetap bekerja menjual dan mengantar koran sebelum kesekolah, tetapi tidak lagi menjual es lilin. Profesi barunya sesekali setelah pulang sekolah dia membantu di bengkel sepeda motor milik Om Liem tidak jauh dari rumahnya tinggal.

Pengasilan berapapun dari jerih payahnya bekerja dia berikan pada ibu tercintanya sebagian, untuk biaya sekolahnya sebagian dan untuk pribadinya sendiri seskali menabung bila ada lebihnya.

Apa yang dipetik dari pengalaman diatas tadi :
  1. Yang jelas dia termasuk Siswa Entrepreneur.
  2. Dia Kreatif memanfaatkan waktu, kemampuan,  ketrampilan dan peluang
yang dia punya
  1. Dia ada semangat untuk belajar dan bekerja
  2. Dia punya mimpi dan berusaha keras mencapai mimpinya
  3. Dia ulet, tangguh tidak menyerah pada keadaan yang menghimpitnya, justru dia berjuang untuk bangkit dari kondisi ketidak nyamanan dalam hidupnya.
  4. Dia punya rasa hormat, kasih sayang tulus pada ibunya, orang tua yang tinggal satu-satunya didunia ini.

4.   PERAN ORANG TUA :

Ketika lahir manusia itu masih kosong tidak punya pikiran apapun, tidak bisa mengartikan apa-apa, kemudian orang tua yang mengajarkan, menunjukkan  sesuatu kepada anak, baik berupa kata-kata misalnya ketika lahir di perdengarkan adzan ditelinga anak oleh ayah nya. Gerak tubuh, senyum mengucapkan kata IBU, MAKAN, diajarkan oleh ibu kita, setiap saat kepada anak. Seiring berjalannya waktu semakin banyak pelajaran yang diberikan dan semua itu masuk dalam file-file memori otak si anak.
Semua orang tua pasti mengajarkan hal-hal yang positif kepada anak, bukan hal-
hal yang negatif. Apa yang dilihat didengar dan dirasakan oleh anak kecil semuanya dari orang tua terekam dalam memori fikirannya. Sehingga tidak terasa ketika anak dewasa, sukses atau tidak sukses, sebetulnya sebagian besar prosesnya sudah dimulai dari apa yang disampaikan oleh orang tua yaitu ayah dan ibunya semenjak anak lahir.

Sehubungan dengan konteks pembicaraan kita saat ini adalah membentuk entrepreneur maka apa yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya sejak kecil sampai masa remaja dan dewasa, yaitu ajarkan dan beri contoh, ingatkan setiap saat, dorong dan dukung tentang bagaimana memanfaatkan peluang yang ada, peluang waktu, peluang barang, peluang jasa, peluang uang, peluang kasih sayang, peluang ketrampilan, peluang kepandaian, peluang pertemanan, peluang kerjasama, peluang kepercayaan dan masih banyak lagi manfaatkan semua itu sebaik-baiknya secara positif, bila ingin sukses.

Misal Peluang waktu, sehari semalam kita punya peluang 24 jam gunakan sebaik-baiknya peluang itu dengan berbagai ragam kegiatan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Untuk sholat dan berdoa, untuk membaca, menulis, berlatih, menghafal (untuk belajar), untuk makan, untuk tidur dan istirahat, untuk bermain, untuk bersosialisasi dan berdikusi dengan orang lain, untuk bekerja, untuk berfikir, merenung, menghayal, mendengar musik, berolah raga, melukis, bekerja, membantu orang tua, membersihkan rumah dan banyak kegiatan lain sehubungan dengan memanfaatkan peluang Waktu yang kita punya. Kegiatan harus dilakukan secara beragam berimbang, dan bervariasi. Ingat bahwa orang tua adalah sumber mindset anak, jadi orangtua harus melakukan, memberi nasehat, mengingatkan dan membimbing. Jangan haraf anak akan sholat kalau orang tua tidak melakukan sholat, jangan haraf anak akan rajin kalau orang tua kerjanya bermalas-malasan.

Misal peluang punya uang ditangan, renungkan dari mana uang itu, bagaimana proses mendapatkan uang itu, lalu fikirkan memanfaatkan uang itu.
seefektif dan seefisien mungkin. Untuk makan bila memang lapar atau kebutuhan pokok yang benar-benar harus segera dipenuhi, bayarkan hutang biarpun nyicil sedikit, untuk modal usaha, beri sedekah pada orang tidak mampu seiklasnya, ada lebihnya bisa ditabung, 

ILUSTRASI 2.
Tahun 1960 an di desa kelahiran saya Kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek, pasar tradisional hanya buka 2 kali yaitu pertama hari pasaran PON biasanya para pedagang dan pembeli tidak banyak dan pasar tidak ramai pedagang dari luar kecamatan tidak banyak yang datang oleh karena itu barang dagangan dipasar tidak lengkap, waktu bukanya juga tidak lama sekitar jam 10.00 atau 11.00 pasar sudah sepi. Kedua hari pasaran kliwon,
hari ini pasar begitu rame, pedagang dari luar kecamatan bahkan dari luar kabupaten juga hadir, untuk membeli dan menjual barang dagangan. Situasi
pasar sangat ramai serta barang dagangan lengkap. Kala itu toko-toko belum banyak sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat membeli di pasar tradisional. Beda dengan jaman sekarang toko-toko menyediakan kebutuhan lengkap dan buka setiap hari suasana pasar tradisional sekarang   tidak lagi seramai jaman dulu..

Ketika penulis masih seusia 3 SD, kalau sekolah sedang libur misalnya tepat hari minggu kliwon,  baru bebas pergi main kalau diatas jam 10.00 sebab harus jaga warung pracangan milik ibu dirumah. 

Minggu kliwon ini sejak pagi hari, saya sudah main dipasar lihat tukang jual obat atau istilah desa bakul jamu. Tukang jamu itu membawa monyet lengkap dengan genderangnya sebagai alat promosi menghadirkan orang untuk berkerumun dan dikemudian dirayu untuk membeli jamunya. Kupilih tempat  dibagian depan dekat genderang yang waktu itu tidak ada penabuhnya mungkin pembatunya tidak hadir. Saya dipanggil oleh si tukang jamu,
” le kamu bisa bantu saya nabuh genderang itu ? saya jawab bisa.
Kemudian saya diberi contoh irama menabuhnya sebentar lalu
            ” bisa le ? gampangkan ?” kujawab bisa pak
Saya bangga bisa membatu menabuh itu, diberi upah minum jamunya 1 gelas supaya duduknya kuat tahan lama dan sehat katanya.

Tidak terasa waktu berjalan jam 06.00 sampai jam 10.00 berlalu kemudian ku teringat kalau punya tugas jaga warung pracangan ibu. Cari alasan gimana caranya bisa segera pulang. Kebetulan ada teman disitu, saya suruh dia gantikan menabuh genderang, diapun sanggup. Selanjutnya ijin pada penjual jamu kalau saya harus pulang membantu ibu, biar teman ini yang menggantikan.

Penjual jamu tidak keberatan, karena orang-orang sudah banyak berkerumun disitu, jadi promosi tandak bedes sudah tidak lagi tinggal usaha merayu secara intensif konsumen disitu. Saya bergegas pulang, sudah terbayang kalau sampai dirumah pasti ibu marah, sungguh menyesal kenapa tadi pagi menurut saja
diajak teman.

Benar ketika sampai dirumah, ibu ternyata sudah pulang dari pasar kulakan barang-barang dagangan, di gendong sendiri barangnya, dan sebagian diongkoskan pada orang lain disuruh membantu mengantarkan.

Kemudian ternyata warungnya ditutup karena tidak ada yang jaga, yang biasa jaga itu kakak laki-laki dan saya, kakak tidak dapat marah karena dia disuruh belanja kulakan ke tokonya pak Abas.

Begitulah rasa bangga saya dipasar tadi menabuh genderangnya tukang jamu karena dilihat banyak orang dan kesempatan itu tidak banyak anak lain yang mendapatkan, berubah menjadi penyesalan dan rasa kasihan terharu pada ibu yang sudah berjuang semua itu demi anak-anak dan keleluarga. Ibu marah karena aku tidak mengerti pekerjaan, hanya main saja, tidak membantu ibu padahal itu sudah menjadi tugasku setiap hari libur tepat pasaran kliwon.

Karena aku yang salah, maka tak sepatah katapun kuberani menjawab, biarkan ibu menumpahkan kekesalan, marah dan segala uneg-unegnya sampai tuntas Sambil menunduk kudengarkan setiap kata-kata yang keluar dari lisan ibu yang walaupun disampaikan dengan nada keras sebetulnya merupakan nasehat bagi kebaikan saya, ibu dan keluarga.

Apa yang dapat dipetik dari pengalaman diatas, antara lain :
  1. Tentang kebanggaan, keberanian, rasa percaya diri.
  2. Tentang rasa tanggung jawab
  3. Tentang hormat dan sayang pada orang tua.
  4. Tentang sikap menerima masukan dari orang lain.
  5. Tentang kerja keras ibu.
  6. Tentang teladanan dari orang tua dan keluarga yaitu kakak.
  7. Tentang berani mengambil resiko
  8. Tentang kesabaran
  9. Tentang proses bisnis dan liku-likunya
10    Kiat dan Kreatifitas dalam usaha.
11    Memanfaatkan peluang.

yang telah saya dapatkan dari pengalaman, dan bimbingan dari orang tua dan masyarakat yaitu bapak penjual jamu.

5.   PERAN SEKOLAH ( SETINGKAT PAUD DAN TK)

Sekolah merupakan tempat anak mendapatkan pengetahuan, pengalaman dari ucapan, perilaku dan sikap para guru dan staff tata usaha sekolah. Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, maka anak-anak dengan mudah meniru apa yang ada disekolah. Semua itu memperkaya pembentukan pola pikir baik yang maupun negatif. Oleh karena itu dalam rangka
menumbuhkan pola pikir entrepreneur sebaiknya dimulai dari tingkat terendah sedini mungkin, yaitu PAUD dan Taman kanak-kanak.

Mengapa TK dan PAUD, karena untuk membentuk entrepreneur dan entrepreneurship tidak bisa dilaksanakan dengan instan. Pepatah mengatakan bila membuat parang maka harus ditempa ketika besi masih lunak. Anak-anak dibaratkan besi yang masih lunak dan mudah dibentuk tanpa patah.

Untuk setingkat PAUD dan TK, sudah harus dikenalkan entrepreneurship  dan entrepreneur, dengan cara khas belajar mereka yaitu bermain. Selain kurikulum ang sudah baku, selipkan main pasar-pasaran atau dagang-dagangan, pabrik-pabrikan, bank-bank an, dalam permainan roll play, cari teman, wisata ke pasar tradisional, ke mall, ke pedagang kaki lima, berikan penjelasan sesuai dengan pengertian mereka. Bercerita tentang perjuangan suka duka dalam berwirausaha. Kemandirian misal makan sendiri, memakai sepatu sendiri, berani mengambil resiko misal renang, naik tangga, naik meja. Untuk mengenalkan budaya kerja misalnya pengenalan kerja bakti menanam bunga, berkebun, menyapu kelas, menyapu halaman, membantu guru atau orang tua.
Selain siswa harus kreatif maka gurunya harus kreatif dan inovatif serta bersedia melakukan pembimbingan siswa kearah penguasaan karakter wirausahawan, jangan terlalu difikirkan hasilnya yang penting prosesnya dulu.

ILUSTRASI 3 :
Zahro adalah siswa Taman Kanak-kanak. Orang tuanya bekerja sebagai penjaga sekolah yang gajinya kecil. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari termasuk biaya sekolah, bapak dan ibunya berdagang mie dan nasi disekolah tempat mereka bekerja. Zahro sepulang sekolah bertugas menjaga warung ketika ibunya sibuk mengurus adiknya dan memasak di dapur. Kalau ada pembeli Zahro memanggil ibunya atau ayahnya, untuk melayani pembeli dimaksud. Ketika itu Zahro menggantikan ibu menjaga adik yang sendirian di tempat tidur. Firman adik laki-lakinya yang belum sekolah bila sedang lega hati, bertugas membantu ayah menyiapkan barang dagangan dan mengusung barang ketika waktunya tutup warungnya.

Bila Firman sedang ngambek rewel maka tugas Zahro mengajak firman main kejar-kejaran, main sepedah roda tiga, main pasar-pasaran, main petak umpet, yang penting tidak mengganggu orang tua yang sedang bekerja.

Sementara orang tua sibuk bekerja maka untuk makan, mandi, ganti pakaian  dilakukan sendiri oleh mereka berdua walau kadang-kadang firman masih minta disuapin oleh ibu atau bapak atau kakaknya Zahro.

Walau masih sangat kecil Zahro sudah harus terbiasa hidup hemat, dia harus sering menahan keinginannya beli-beli jajan atau mainan, terkadang harus
mengalah dengan adiknya Firman

Apa yang bisa dipetik dari Ilustrasi diatas :
  1. Zahro akan menyimpan pengalaman masa kecilnya, dari apa yang dilihat pada orang tuanya
  2. Dia akan menyimpan pengalaman bekerja keras, menjaga warung,  hemat, usaha mencari uang, membantu mengasuh adik dengan kreatif dan kasih sayang, semuanya terekam dalam fikiran bawah sadarnya
  3. Pengalaman itu akan dikeluarkan lagi dengan kreatifitas ketika dia menjadi dewasa nanti, asalkan mendapat pengalaman yang sejalur ketika masa sekolah SD, SMP dan SMA/SMK bahkan Perguruan tinggi       

6.  IMPLEMENTASI PENGAJARAN DI PAUD DAN TK.

l      Bermain adalah dengan cara khas belajar mereka 
l      Sesuai Kurikulum yang sudah baku,
l      Roll play selipkan main pasar-pasaran atau dagang-dagangan, pabrik-pabrikan, bank-bank an, dalam permainan
l      Cari teman, permainan mencari teman
l      Wisata ke pasar tradisional, ke mall, ke pedagang kaki lima, berikan penjelasan sesuai dengan pengertian mereka.
l      Bercerita tentang perjuangan suka duka dalam berwirausaha.
l      Kemandirian misal makan sendiri, memakai sepatu sendiri, mandi sendiri
l      Berani mengambil resiko misal renang, naik tangga, naik meja.
l      Untuk mengenalkan budaya kerja misalnya pengenalan kerja bakti menanam bunga, berkebun, menyapu kelas, menyapu halaman, membantu guru atau orang tua.
l      Selain siswa harus kreatif maka gurunya harus kreatif dan inovatif serta bersedia melakukan pembimbingan siswa kearah penguasaan karakter wirausahawan, jangan terlalu difikirkan hasilnya yang penting prosesnya dulu.

ILUSTRASI 4
Riwayat Nabi Muhammad SAW dibidang bisnis ternyata cukup memberi suri tauladan disamping riwayat spiritual beliau sebagai seorang Nabi dan Rosulullah.

Pengalaman bisnis Muhammad pada usia muda yaitu 12 tahun sudah melakukan perdagangan internasional hingga ke negeri syam (syria sekarang),. Bahkan pada usia 18 tahun sudah menjadi manager trading company, dan pada usia 25 tahun sudah menjadi entrepreneur (bisnis owner) yang kaya raya dan sudah berdagang keluar negeri 18 kali.

Dalam perkembangannya beliau diakui sebagai entrepreneur (pemimpin, pengusaha) yang sangat terpercaya sehingga digelari Al Amin. Banyak saudagar-saudagar arab (investor) yang mempercayakan barang dagangannya ke Muhammad Al Amin. Bahkan ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau membangun masyarakat madani dengan dengan membangun pasar (sebagai simbol ekonomi) sebelum masjid sebagai simbul spiritual

Apa yang bisa dipetik dari ilustrasi diatas :
1.  Nabi Muhammad sejak muda berperi laku jujur, dan bekerja keras.
2. Beliau adalah seorang entrepreneur yang sukses, selain kesuksesannya dibidang spiritual sebagai nabi dan Rosul
3.   Beliau berani mengambil resiko sejak muda untuk berdagang sampai jauh dan keluar negeri.
4.   Beliau memulai dibidang usaha pada umur yang masih belia 12 tahun.

7.  PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
l      Dilakukan secara terus menerus, melalui pengamatan dan catatan anekdot yaitu catatan yang dibuat guru ketika mengetahui perilaku peserta didik yang berkaitan dengan entrepreneurship.

l      Guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai-nilai entreprenership yang dimiliki ( contoh pandai bercerita/ komunikatif)

Berdasarkan catatan diatas maka guru memberikan pernyataan :
l      BT  : BELUM TERLIHAT (Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)
l      MT  : MULAI TERLIHAT (Apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
l      MB  : MULAI BERKEMBANG (Apabila peserta didik memperlihatkan tanda-tanga perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
l      MK  : MENJADI KEBIASAAN/MEMBUDAYA (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten.

8.  PENUTUP.

Semoga dapat menginspirasi dan memotivasi anak-anak sejak dini, para pembaca yang punya peluang dan kesempatan sama atau bahkan lebih baik untuk dapat berjuang lebih hebat dari anak  penjual koran dan Zahro si anak TK seperti dalam ilustrasi tersebut diatas.

DAFTAR PUSTAKA

1.   Gunawan Ardiyanto, JADI PENGUSAHA SIAPA TAKUT, Kompas Gramedia, Jakarta, 2009
2.  Ibrahim Rlfiky Dr, TERAPI BERFIKIR POSITIF, Zaman, Jakarta, 2010.
3.. Ibrahim Hamd Al-Qu’ayyid Dr, 10 KEBIASAAN MANUSIA SUKSES TANPA BATAS, Maghfiroh Pustaka, Jakarta, 2008
4.   Riant Nugroho Dr, ENTREPRENEUR CIPUTRA, Kompas Gramedia, Jakarta, 2009.
5.   Departemen Pendidikan Nasional dan ILO, MARI BELAJAR BISNIS, Jakarta, 2005.
6.   Power Point Materi Pelatihan Pendidikan Karakter Nasional, Jakarta, 2010

öööÖööö

  

1 komentar:

lalaineoakland mengatakan...

Hotels near Caesars Palace Casino in Las Vegas, NV - Mapyro
Hotels 1 - 광주광역 출장안마 12 of 63 — Hotels 1 - 12 대구광역 출장안마 of 62 — Looking for hotels near Caesars 창원 출장마사지 Palace Casino? Choose 거제 출장마사지 from 63 nearby 제주 출장안마 hotels and casinos.