Minggu, 25 November 2012


PENGELOLAAN KELAS DENGAN PENDEKATAN PERBAIKAN TINGKAH LAKU,  PBM KEWIRAUSAHAAN LEBIH EFEKTIF DI KELAS X PM1, XPM2, XBC SMK NEGERI 4 JEMBER.

Sunyoto

GURU SMK NEGERI 4 JEMBER

 ABSTRAK :
Dalam pelaksanaan mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X PM1, XPM2, XBC, SMK Negeri 4 Jember, guru sering mengalami kesulitan ketika menerapkan model ceramah, karena  kondisi kelas selalu gaduh, ramai, sehingga informasi yang disampaikan guru tidak mendapat perhatian serius dari kebanyakan siswa. Hal demikian perlu dicari jalan keluarnya dengan melaksanakan Penelitian Tindakan kelas. dengan pengelolaan kelas menggunaka pendekatan perbaikan tingkah laku, serta motivasi dengan: (1) Merapkan Ice Breaking setiap anak tidak fokus, (2) Menerapkan Komitment kepada semua siswa untuk belajar mendengarkan. Setelah melakukan dua kali siklus kegiatan tindakan dengan penyempurnaan di setiap sklus, membuktikan hasilnya dapat memecahkan masalah ketidak fokusan siswa dalam menerima ceramah atau informasi dari guru sehingga Kelas Kondusif, PBM efektif. Selanjutnya diharapkan, guru yang memiliki kasus sama, menerapkan Ice breaking dan komitmen belajar mendengarkan

Kata-kata Kunci : Tingkah laku, Pengelolaan kelas, PBM efektif.
 
PENDAHULUAN
Sebagian besar waktu siswa (07.00 – 13.30) dihabiskan untuk belajar didalam kelas, oleh karena itu betapa membosankannya apa bila proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru, tidak menarik minat dan perhatian para siswa. Guru dalam hal ini harus kreatif dan benar-benar jitu dalam pengelolaan kelas serta dapat memilih multi metode, multi stretegi mengajarnya untuk dapat menarik siswa mencapai tujuan pembelajaran pada jam itu dapat tercapai secara maksimal. Pengelolaan kelas yang kurang baik sangat menghambat pelaksanaan proses belajar serta hasil mengajar dikelas.
Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa PPL dan saaya selaku Guru pamongnya, ketika mengajar pelajaran kewirausahaan di kelas X Pemasaran (PM)1, X Pemasaran (PM 2) dan X Broadcast (BC) dapat kami identifikasi sebagai berikut.
Untuk kelas X PM 1 dan XPM 2 pelaksanaan pelajaran adalah jam ke 7-8  
(12.00-13.30) jam terakhir. Suasana kelas panas, bising karena lokasinya tepi jalan raya,  Kelas  X BC jam ke 3-4 (08.30-10.00), susana ruangan panas, ventilasi hanya searah, sedikit suram karena lantai dan temboknya kusam,. Rangking mutu akademis ketiga kelas tersebut termasuk rendah dibanding enam kelas X yang lain. Dipicu dengan kurangnya media pembelajaran (sound system, LCD Proyektor) di kelas itu, menyebabkan siswa senantiasa ribut, kurang fokus ketika guru mengajar dengan metode ceramah, metode tanya jawab, memberi informasi, apa lagi diskusi. kelompok. Kondisi demikian benar-.benar menyulitkan bagi guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan kelas yang kurang baik menyebabkan terganggunya Proses belajar mengajar.
Selanjutnya kami dapat merumuskan masalah yang harus dicari pemecahannya adalah ” bagaimana mengatasi situasi siswa di kelas X PM1, XPM2, X BC  dapat menjadi tenang, sehingga PBM lancar efektif.  Hipotesa penelitian saya untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dua topik yaitu (1) merubah atau mempengaruhi tingkah laku siswa dengan menerapkan Ice breaking dan (2) Pengambilan komitmen belajar mendengarkan selengkapnya kami uraikan sebagai berikut. Metode Ice breaking dimaksudkan untuk memecahkan masalah ketidak fokusan siswa dalam waktu pembelajaran dengan metode ceramah 2 x 45 menit. Sedang belajar komitment belajar mendengarkan untuk memecahkan masalah ketidak
fokusan siswa dalam menerima informasi pembelajaran dari guru dengan secara lisan dalam waktu yang lebih pendek misal 1 x 45 menit atau kurang dari itu.

METODE PENELITIAN
            Penelitian yang dilaksanakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bentuk artikel. Berawal dari tujuan pokok penelitian yaitu mendiskripsikan dan menganalisa data dan informasi dilapangan sesuai dengan keadaan sebenarnya maka penulis merancang penelitian ini dengan menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Hamidi (2008:11) penelitian Deskriptif Kualitatif jika data yang disajikan berupa cerita dari responden atau informan tentang pertimbangan, pengalaman, pengetahuan, tradisi, fisafat atau pandangan hidup mereka.Biasanya metode Deskriptif Kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan ”Mengapa”  atau  ”Bagaimana” yang pada dasarnya mencari jawaban detail melalui wawancara mendalam. Menurut Kirk dan Miller dalam Lexy J Moleong (2007:4) Penelitian Kualitatif  adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fondamental bergantung pada pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahan nya. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moleong (2007:4) metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
            Metode pengumpulan data dengan (1) wawancara mendalam dengan responden, (2) observasi dengan melihat langsung kondisi di kelas lalu dicatat, Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data diuji dengan : (1) Trianggulasi Metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dedngan hasil observasi dan seterusnya atau pengumpulan data yang lain.. (2) Trianggulasi peneliti, jika informasi yang diperoleh salah seorang tim penelitiu, diuji oleholeh anggota tim yang lain, peneliti yang berbeda. (3) Trianggulasi sumber, jika informasi tertentu ditanyakan kepada responden yang berbeda. (4) Trianggulasi Situasi, bagaimana penuturan responden jika dalam situasi berbeda, dalam keadaan sendiri dengan dalam keadaan bersama orang lain. (5) Trianggulasi teori, apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis terhadaphasil penelitian.
            Untuk siklus penelitian direncanakan dilaksanakan dua siklus dalam waktu satu bulan (Bulan Nopember) 2012. dengan mengacu pada model Kemmis dan MC Taggart
yang terdiri dari 4 komponen yaitu ; Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi  (Irianti Agustina 2012)
  Dalam Artikel ini peneliti berperan sebagai perencana, pembimbing, pengamat, pelaksana pengumpulan data, penganalisis dan pelaporan hasil penelitian. Selain itu peneliti berkolaborasi dengan Mahasiswa PPL di SMK Negeri 4 Jember.
 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal sebelum Tindakan
            Bahwa yang saya dan Mahasiswa PPL alami ketika kami mengajar kewirausahaan menggunakan metode ceramah, atau memberi informasi yang sifatnya lisan menemui masalah ketidak fokusan siswa, hasil observasi datanya sebagi berikut :
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 8 (21%), tidak fokus 30 (79%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 17 (44%), tidak fokus 22 (56%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 10 (26%), tidak fokus 28 (74%)
 
Pada awal sebelum tindakan rata-rata 70% siswa tidak fokus, ramai, main sendiri, tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga guru harus sering menegur siswa yang membuat masalah, dengan kata-kata minta perhatian, harus dengan suara keras. Kondisi demikian membuat Proses Belajar Mengajar terganggu, capek, tegang, emosional dan tidak efektif.. Dalam fikiran kami harus mencari solusi, tetapi apa atau bagaimana? Yang jelas ini tentang pengelolaan kelas dan metode penyampaian  informasi, masalahnya ketika guru harus menyampaikan informasi secara lisan.  
Kemudian kami cari beberapa teori tentang pengelolaan kelas antara lain, Moch Uzer Usman (1995:10) menjelaskan bahwa salah satu peran guru dalam Proses Belajar Mengajar adalah Pengelola kelas. Selanjutnya dia menyatakan bahwa sebagai guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar, maksudnya mengatur dan mengawasi lingkungan kelas menjadi lingkungan kelas yang baik, menantang, merangsang  siswa untuk belajar, memberi rasa aman, nyaman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
            Hal-hal yang perlu dikelola ketika guru mengajar dalam kelas menurut hasil penelitian E. Conant (1974) dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: 30% dipergunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pengajaran, 40% digunakan untuk kegiatan yang ada hubungannya dengan administrasi dan pengaturan kelas, 30% untuk kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan pengajaran dan administrasi. dan pengaturan kelas. Selanjutnya dia mengatakan bahwa yang perlu didalam kelas adalah : (1) Daftar absen peserta  didik untuk membiasakan disiplin terhadap peraturan, (2) Bila memungkinkan dalam kelas hendaknya tersedia tempat baca untuk dimanfaatkan peserta didik pada waktu istirahat, diskusi, waktu luang sehingga menghilangkan rasa jenuh, (3) Penanaman dan pembiasaan hidup bersih  dilingkungan kelas dan sekolah.
            Untuk memperluas wawasan  tentang pengelolaan kelas ada baiknya kita pelajari beberapa pendekatan ( Amir Achsin 1990 dalam  H Moh Holili) sebagai berikut 
Pendekatan Otoriter.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai ”Perangkat guru untuk menegakkan dan memelihara peraturan-peraturanmelalui disiplin yang ketat didalam kelas. Guru yang menganut pendekatan ini menganggap dirinya sebagai agen pengetahuan bukan sebagai
agen pembaharuan. Keberadaan siswa tidak diberi kebebasan untuk mengembangkan sikap kreatif, kritis, dan dinamis.
Pendekatan Permisif.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai ” Seperangkat kegiatan guru membantu siswa untuk memaksimalkan kebebasan mereka” Pengelolaan permisif ini adalah kebalikan dari dari pendekatan otoriter. Oleh karena itu bagi guru yang dilhami oleh pendekatan tersebut senantiasa memberikan kebebasan kepada para subyek didik untuk berbuat apa saja dalam kegiatan mengajarnya. Sehingga kelas itu dibiarkan sekalipun kelas itu gaduh, ramai..
Pendekatan Perbaikan tingkah laku.
            Pengelolaan kelas diartikan sebagai ”suatu perangkat kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendorong tingkah laku siswa yang tepat atau baik dan mengurangi atau mengeliminasi tingkah laku siswa yang kurang sesuai.” Guru yang menganut pendekatan ini, maka untuk mempertahankan tingkah laku yang positip  dapat memberikan penguatan (reiforcement) berupa pujian dan dapat berupa hadiah (reward).. Sedangkan untuk mengeliminasi tingkah laku siswa yang menyimpang dapat memberikan hukuman (punisment) sebagai jalan yang terakhir.
Pendekatan Penciptaan iklim sosio-emosional yang Positip.
            Pengelolaan kelas diartikan sebagai ”perangkat kegiatan yang mana guru mengembangkan hubungan antar pribadi yang baik dan mengembangkan suasana yang menunjang terciptanya sosial-.emosional yang positip”. Titik tekan dari pendekatan ini  bahwa kelas akan baik tergantung dari kepribadian guru itu sendiri. Seperti penerimaan guru atas tingkah laku siswa, kepercayaan guru kepada siswa, rasa kebersamaan guru pada siswa, kecintaan dan penghargaan guru kepada siswa merupakan syarat untuk penunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Pendekatan Proses Kelompok.
            Pendekatan pengelolaan kelas diartikan sebagai”seperangkat kegiatan yang digunakan oleh guru uintuk menetapkan dan memelihara suatu organisasi kelas yang efektif” Dalam pendekatan ini, peranan utama guru dalam mengelola kelas adalah menciptakan dan memelihara keakraban, mengembangkan  produktivitas dan penyelesaian tugas kelompok-kelompok belajar yang telah dibentuk didalam kelas.
            Dari beberapa pendekatan pengelolaan kelas diatas pada dasarnya semua dapat diterapkan, tetapi kami mencoba menganut teori  Pendekatan Perbaikan tingkah laku.
Dalam teori tersebut dintakan bahwa ”Guru untuk mempertahankan tingkah laku yang
positip  dapat memberikan penguatan (reiforcement) berupa pujian dan dapat berupa hadiah (reward).. Sedangkan untuk mengeliminasi tingkah laku siswa yang menyimpang dapat memberikan hukuman (punisment) sebagai jalan yang terakhir.
Pengambilan Tindakan Siklus pertama.
Dilaksanakan di kelas X PM 1 pada hari Senin 5 Nopember,  di kelas XBC hari selasa 6 Nopember, dan di kelas XPM2 hari kamis 8 Nopember 2012. Saya siapkan satu jenis Ice Braking yaitu  Yel – Yel tinggal daownload dari internet. Namun sebelum saya paparkan contoh yel – yel yang akan kami tampilkan, ada baiknya kita lihat beberapa rujukan yang membahas tentang  Ice Breaking dari beberapa web.
Ice breaker adalah sebuah cara untuk membuat peserta pelatihan, seminar, pertemuan atau meeting menjadi terkonsentrasi, perhatiannya tidak terpecah karena hal hal-hal diluar acara, atau untuk memecahkan kekakuan suasana ketika acara tersebutmengharapkan perhatian dan konsentrasi penuh dari peserta. Harapannya adalah dengan adanya ice breaker, peserta dapat memusatkan perhatiannya kepada pembicara dan tentang apa yang dibicarakan, dengan demikian peserta akan lebih mudah memahami program secara keseluruhan. Ice Breaker adalah upaya pengalihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang, menjadi rileks, bersemangat dan tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan rasa senang mendengarkan atau melihat yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan. (saptadjie, Komunitas Trainer Bandung)
Memang tidak disadari banyak orang atau siswa menjadi lelah, malas, jenuh tidak tertarik atau tegang saat mengikuti pelajaran ceramah karena berbagai sebab antara lain nada pembicara monoton, tidak ada variasi, tidak jelas/ lemah suaranya, kondisi lapar, kondisi habis makan siang/malam, sudah saling kenal akrab, terlalu formal dan menegangkan. Oleh karenanya, diperlukan suatu cara agar kondisi tidak kondusif itu mencair yaitu dengan Ice breaking atau ice breaker atau energizer.
Ada banyak jenis Ice breaking yang dapat digunakan antara lain : Yel-yel, Tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, games, cerita /dongeng bijak, cerita-cerita lucu.  Tinggal pilih mana yang seuai.
Yel – yel adalah satu jenis Ice Breaker yang kami siapkan, untuk merubah mempengaruhi  tingkah laku siswa agar bisa fokus dalam pembelajaran metode ceramah. Hal ini sesuai dengan apa yang dituliskan dalam Zakyweb.com ” Jika fasilitator ingin memusatkan perhatian tanpa berteriak-teriak memohon perhatian maka tidak akan efektif, semakin keras berteriak semakin gaduh pula suasana ruang pelatihan. Strateginya adalah terlebih dahulu kita membuat kesepakatan untuk melakukan yel-yel yang paling sering digunakan adalah model sapa jawab.
HALO – HAI
HAI – HALO
APA KABAR – LUAR BIASA
SELAMAT SIANG . KERJA KERAS
ARE YOU READY - YES

Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat penyembuh yang paling baik dibanding jenis yang lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat tinggi dari peserta pelatihan, serta menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.
            Dalam siklus pertama, kami menempatkan Ice breaking yel-yel hanya di awal pertemuan atau awal pelajaran dan diakhir pertemuan untuk alokasi waktu pembelajaran selama 2 x 45 menit (90 menit)..
Hasil dari tindakan siklus pertama berdasarkan observasi dan wawancara adalah cukup menggembirakan yaitu :Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 34 (89%), tidak fokus 4 (11%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 37 (95%), tidak fokus 2 (5%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 32 (84%), tidak fokus 6 (16%)
 
sebagian besar siswa semangat, fokus mendengarkan apa yang disampaikan guru. Namun kondisi demikian  tidak bertahan lama, menyambut sapaan yel dari guru menjadi kurang semangat seperti pada awal pertemuan, ini adalah catatan untuk perbaikan tindakan pada siklus kedua.
Pengambilan Tindakan siklus kedua.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit, setelah itu konsentrasi seseorang tidak lagi dapat fokus. Selanjutnya dalam web itu dituliskan bahwa seorang fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta tidak dapat berkonsentrasi lagi, harus melakukan Ice breaking atau energizer. (Zakyweb.3dn.ru))
Kami merancang pelaksanaan siklus kedua hari senin 12 Nopember di kelas XPM1, selasa 13 Nopember di kelas XBC dan kamis Kamis 22 Nopember 2012 di kelas XPM2. Menindak lanjutu catatan Kami perkirakan Jenis Ice breakingpun harus lebih bervarasi, sehingga tidak jenuh dengan yang itu-itu saja. Maka pada siklus kedua kami siapkan beberapa Ice breaker tambahan selain yel-yel diatas yaitu :
Model Tepuk irama, strateginya dalam kelas dibagi dalam empat deretan bangku sesuai susunan bangku seperti biasanya Deret pertama dari kiri atau kanan tidak masalah, yang penting guru ingat. mengatakan Tang, deret kedua mengatakan Ting, deret ketiga mengatakan Tung dan deret ke empat mengatakan Blung. Selanjutnya ketika guru menunjuk deret tertentu siswa menyuarakan kata-kata sesuai kesepakatan bersama-sama. Kelihaian guru dalam menunjuk deret bangku yang harus bersuara secara bergantian menghasilkan musik yang lucu dan menggembirakan. Model tepuk tangan ”wow” strateginya guru meminta kepada seluruh siswa tepuk tangan dengan
lambat, semakin cepat, semakin cepat lalu berteriak WOW bersama-sama.
Model melepas penat, strateginya guru meminta seluruh siswa berdiri di gang antara deretan bangku, kemudian siswa diminta menirukan gerakan guru mengangkat kedua tangan keatas setinggi-tingginya. liukkan kekiri, kekanan, belakang depan selesai.
Model game lepas tangkap, strateginya siswa berpasangan. Satu siswa membuka kedua telapak tangan, siswa lainya menempelkan telunjuk ke telapa tang temannya. Ketika guru memberi aba-aba TANGKAP maka kedua siswa bereaksi yang satu menangkap telunjuk teman, satunya berusaha menghindar dari tangkapan.
            Sebagai penguatan (reiforcement) maka kami berikan motivasi tentang belajar mendengarkan.
Mendengarkan kelihatannya merupakan hal mudah, tinggal pasang telinga uutuk mendengarkan pembicaraan orang lain, atau jika dalam menulis hanya menyimak arah pembicaraan dalam tulisan., tetapi ternyata mendengarkan itu ternyata susah. Mungkin banyak orang yang pintar menjadi pembicara tetapi belum tentu pintar menjadi pendengar. Banyak orang pintar menulis tetapi belum tentu pintar menjadi penyimak tulisan yang baik.(http://www.harjasaputra.com/opini/komunikasi).
Menurut Tubbs & Moss menyatakan belajar mendengarkan ternyata juga bagian
dari komunikasi. Dalam kasus-kasus tertentu mendengarkan lebih efektif dari pada bicara. Diam lebih berarti dari pada unjuk bicara. Tentunya, tidak dalam semua hal kita harus diam. Ia memberikan contoh bagaimana ”Belajar mendengarkan” diterapkan misalnya ketika kita sedang berkomuniukasi dengan orang yang sudah tua maka jangan sekali-kali menimpali. Orang yang sudah tua umurnya adalah kebutuhan untuk didengarkan bukan untuk  diceramahi. Contoh lain dalam kasus ketika konsumen memberi komplain, maka customer Service yang melayani komplain harus belajar mendengarkan. Jangan sekali-kali menimpali konsumen yang komplain, karena akan menyebabkan cekcok mulut yang tidak berkesudahan. Belajarlah mendengarkan karena manusia juga memiliki kebutuhan dasar untuk didengarkan.
            Salah satu kunci sukses terpenting adalah belajar mendengarkan dengan kemampuan dan kemauan orang untuk mendengarkan dengan hati. Berapa cerita sukses menuturkan bahwa kesuksesan mereka adalah berkah dari kemauan mereka untuk belajar mendengarkan. Seorang siswa yang sukses adalah siswa yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dari gurunya karena dia mau mendengarkan petuah dari sang guru dengan sebenar-benarnya dan dimasukan dalam hati. Kisah sukses sang direktur pemasaran itu justru berawal ketika dia mulai mau mendengarkan masukan dari atasan, dari bawahan, bahkan dari orang yang sebelumnya dia pandang sebagai orang yang sama sekali tidak kompeten dibidang tersebut. Kemauan mendengar pendapat banyak orang justru membuat dirinya kaya. Pengembangan diri identik dengan memasukkan banyak input positif kedalam diri seseorang. Telinga dan hati adalah pintu masuknya. Jika seseorang ingin mendapatkan pengembangan diri positif, mendengarkan banyak hal diluar diri seseorang adalah kuncinya (http://igaji.com)
            Pendapat lain betapa pentingnya mendengarkan dengan kesungguhan artinya dalam mendengarkan kita harus fokus dan perhatian kita tertuju terhadap apa yang disampaikan oleh si pembicara, manfaatnya adalah informasi yang disampaikan dapat kita terima dengan baik dan dengan sendirinya ilmu dan pengertian kitapun akan bertambah. Mari bersama-sama belajar mendengar dengan penuh kesungguhan dan mendengar dengan hati. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut. Kita diharapkan lebih banyak mendengar dari pada berbicara (http://edukasi.kompasiana.com)
            Strategi pelaksanannya adalah Pengambilan komitmen atau kesepakatan (1) selama guru memberikan informasi secara lisan maka siswa harus fokus mendengarkan, memperhatikan dengan sungguh-sungguh. (2) siswa boleh berbicara, bertanya, berpendapat setelah diijinkan oleh guru. (3) Bagi siswa yang melanggar diberika sangsi mengajar didepan kelan kelas menggantikan posisi guru menerangkan kepada teman-temanya.
Kemudian untuk memantapkan komitment maka kepada para siswa kita tanya, minimal tiga pertanyaan yang jawabannya YA sebagai tanda persetujuan dari siswa yang disebut persetujuan subconcious. Persetujuan subconcious artinya persetujuan yang didapatkan dari alam bawah sadar siswa. Contohnya ”wah hari ini udara sangat panas ya”, jawaban yang diharapkan YA, Contoh lain belajar mendengarkan itu ternyata sangat penting ya? jawaban yang diharapkan dari siswa YA, Okey sebaiknya pelajaran kita lanjutkan ya? jawab yang kita harapkan YA. Menurut ilmu Hipnosis semakin sering siswa mengatakan persetujuan YA maka mereka semakin komitmen. (Andri Gunawan 2010)
            Hasil dari tindakan pada siklus dua ini menurut pengamatan kami dan hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut :
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 36 (94%), tidak fokus 2 (6%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 39 (100%), tidak fokus 0 (0%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 36 (94%), tidak fokus 2 (6%)
 
sangat memuaskan seluruh siswa kelihatan tenang, senang, semangat, dan fokus memperhatikan pada apa yang disampaikan guru.

KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulannya untuk menjawab pertanyaan permasalahan ” bagaimana mengatasi agar situasi siswa di kelas X PM1, XPM2, X BC  menjadi tenang, sehingga PBM lancar efektif, adalah menggunakan Ice breaking bervariasi. Komitmen belajar mendengarkan petunjuk, petuah, informasi, materi dari guru adalah salah satu kunci sukses siswa. Namun walau bagaimanapun hebatnya Ice breaking, bila guru dalam menyajikan ceramah kurang menguasai materi, penampilan tidak menarik maka akan mempengaruhi hasil tindakan.
            Saran kami kepada guru belajarlah mengajar di dalam kelas,  bermutu, siap dan percaya diri, bersuara cukup kuat, berdiri bersemangat, beracting, layaknya  seorang motivator, fasilitator dan aktor  di pelatihan motivasi sukses. Bagi siswa fokus dan bersungguh-sungguhlah dalam belajar untuk mencapai sesuatu impian atau tujuan. Kemudian bagi peneliti lain, kami berharap dapat  dapat menyempurnakan  lebih baik dari apa yang sudah kami sampaikan demi kemajuan anak didik khususnya dan demi kemajuan pendidikan pada umumnya.

DAFTAR RUJUKAN.
 
Andri Gunawan, MENGUAK DAHSYATNYA RAHASIA HIPNOSIS, Tiara Pustaka, Yogyakarta, 2010.
Hamidi, METODE PENELITIAN KUALITATIF, UMM Press, Malang, 2008
Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajaran, DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR DAN INSTITUT RISET DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN, Volume III, nomor 10, surabaya, Oktober 2012.
 Moh Uzer Usman, MENJADI GURU PROFESIONAL, Edisi Kedua, PT Remaja Rosda Karya, 2000
http://zakyweb.3dn.ru/index/ice_breaking_trainer/0-4 
http://antoncekout.wordpress.com/2010/12/21/contoh-ice-breaking-pelajaran-geografi/ 
http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/24/cobalah-belajar-mendengar/

 
oooOooo




         



Selasa, 13 November 2012

Pemuda bukan hanya secara fisik dan umur memang masih MUDA, tetapi siapa saja yang berjiwa muda, bersemangat muda, punya action layaknya orang muda walau mungkin umurnya sudah TUA. Menu Pemuda saat ini MANDIRI, KREATIF, INOVATIF.

Minggu, 11 November 2012

Kata pak ikhsan sertifikasi gak ngefek, bantuan fisik sekolah gak ngefek, UN gak ngefek, Ualangan gak ngefek, ada yang bilang semua itu tergantung pada Hati nurani, lalu kemana perginya hati nurani itu, kok ya tidak datang-datang.

Mereka yang berjiwa pahlawan rela berjuang demi keinginan suci Indonesia merdeka, maka semboyan mereka MERDEKA atau MATI, dan akhirnya tercapai MERD
EKA, Lalu sekarang jaman sudah berbeda, apa yang kita lakukan sudah sebandingkah dengan pengorbanan mereka para pendahulu. Tugas kita sekarang adalah mewujudkan masyarakat ADIL DAN MAKMUR. Makmur sudah sebab negara kita memang sudah makmur tetapi jurang pemisah kehidupan semakin menganga melebar karena belum adil.

Yang miskin menyalahkan sikaya, yang masyarakat menyalahkan pejabat, yang berpendidikan menyalahkan yang tidak berpendidikan, demikan pula sebaliknya walalu dengan alasan berbeda. Sudahlah sama-sama berbesar hatilah, sama-sama BERJUANG paling tidak untuk diri sendiri, syukur-syukur untuk orang lain dan pada gilirannya untuk bangsa dan negara juga.

Yang miskin berjuanglah menjadi kaya, yang kaya berjuang untuk simiskin, yang masyarakat berjuanglah membantu pemerintah dengan menjadi masyarakat yang baik, yang pejabat berjuanglah untuk kebaikan masyarakatnya, yang belum berpendidikan berjuanglah untuk berpendidikan, yang berpendidikan berjuanglah mendidik mereka yang memerlukan pendidikan, insya Allah tercapailah " negari Indonesia ingkang gemah ripah loh jinawi tan kurang sandang papan lan pangan. Sarwo urip ingkang tinandur, sarwo murah ingkang tinuku, toto tentrem kerto lan raharjo. Kabeh podo nglakoni jejibahaning urip dewe-dewe, netepi wajib kanggo mangayu bagyo lestarining bawono"
Peristiwa 10 nopember 1945 adalah peristiwa heroik, perang terbesar di Indonesia antara rakyat Indonesia dengan tentara asing Inggris belanda dan India. Korban masyarakat sipil, pejuang dan tentara rakyat banyak sekali yang tewas mengutip di wikipedia kurang lebih 6000 sampai 16000 jiwa dari kekuatan, demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja di proklamirkan 17 Agustus 1945.

Haruskah nyawa mereka sia-sia sementara kita sekarang menikmati masa enaknya, apa yang harus kita perbuat sebagai tanda penghargaan dan terima kasih pada mereka.
Tanggal 10 Nopember 2012, Drama pertempuran jembatan merah dan peristiwa hotel Yamato dimainkan oleh warga SMKN 4 Jember setelah upacara dihalaman sekolah, cukup sukses dan surprise, walau latihan hanya satu hari dihari jumátnya. Guru yang ikut berperan sebagai pemeran saya jadi Jendral Mallaby, Pak Hudi sebagai Gorden Smit, Pak Agus, sebagai kapten Donald, pak Arifin sebagai Gubernur Suryo, dan 30 siswa serta 10 mahasiswa PPL dari UNEJ.

Mudah mudahan menginspirasi para siswa dan menimbulkan semangat cinta bangsa dan negara, dengan kreatif membangun negeri.