MENGENALKAN ENTREPRENEUR KEPADA
ANAK-ANAK TK DAN PAUD.
Oleh
SUNYOTO S.Sos, M.Pd
1. ALASAN
MEMILIH JUDUL.
Alasan memilih judul buku ini adalah karena begitu
besarnya keinginan penulis, karena begitu besar keprihatinan dan
rasa tanggung jawab penulis sebagi seorang guru unruk dapat membantu
mengantarkan para siswa dapat hidup lebih baik, hidup mandiri dan berkecukupan.
lebih dari 50% jumlah siswa disekolah tempat
penulis bekerja, status sosial ekonomi siswa dan orang tua siswa termasuk
strata ekonomi lemah.dan miskin. Sebagian besar pekerjaan para orang tua mereka
adalah buruh tani, buruh lain, dagang kecil-kecilan, pekerja pabrik, pegawai
tidak tetap disuatu kantor, PNS golongan I dan II. Dilihat dari mutu belajar
mereka rendah, hal ini terbukti tidak
pernah dapat rangking kehormatan bila mengikuti lomba LKS SMK se jawa
Timur, Rangking UN juga tidak pernah
menang dengan sekolah lain. yang selevel.
Kondisi seperti diatas memang banyak faktor yang
harus di analisis kemudian ditingkatkan, sehingga sekolahku menjadi lebih baik
dan lebih bermutu. Salah satu yang kami lakukan adalah seleksi Penerimaan Siswa
Baru kami menginginkan calon siswa yang bermutu, secara akademis, ekonomi dan sosialnya, namun hasilnya juga belum maksimal. Proses
pembelajaran yang harus dibenahi, agar mutu menjadi lebih baik, namun
terkendala mindset para orang tua, guru, mind set para siswa dalam proses
belajar mengajar, sarana prasana, masih belum mendukung.
Pendidikan itu dipercaya sebagai obat mujarab agar
anak menjadi pandai, setelah pandai anak menjadi sukses dalam hidupnya, tingkat
ekonomi dan status sosial menjadi lebih terhormat, tetapi kenyataannya apa ?
Banyak siswa yang sudah lulus, tetapi situasi dan kondisi kehidupannya tidak
berubah sama sekali. dan yang menyedihkan mereka setelah lulus masih
menganggur, setelah mencari pekerjaan kemana-mana, dan tetap menjadi beban
orang tua.
Penulis
ingin sekali membantu para siswa, mendorong menginspirasi mereka untuk
memiliki jiwa Entrepreneurship dan menjadi Entrepreneur sejati. Penulis
adalah seorang guru kewirausahaan,
bukanlah seorang pengusaha seperti Ciputra, Dahlan Iskan, Bob Sadino, Arum
Sabil yang praktisi entrepreneur. Sebagai seorang guru dan kepala sekolah juga
seorang entrepreneur tetapi lebih ke Social Entrepreneur, sehingga dalam buku ini adalah berupa tulisan
pengalaman sendiri dibidang entrepreneurship dan entrepreneur kecil-kecilan,
dari pengalaman orang lain, dari berbagai literatur.
Penulis berharap agar para pembaca jangan melihat
siapa yang menulis buku ini tetapi lihatlah apa isi pesan yang disampaikan oleh
penulis dalam buku ini.
Penulis begitu peduli dan berusaha keras untuk
dapat mengajarkan ilmu dan memberi pengalaman kepada siswa dalam hal
entrepreneur karena hanya kepada para muda, perubahan kearah lebih baik bangsa
ini akan terjadi. Kami yang tua-tua punya kewajiban membimbing dan mengarahkan
mereka untuk berkarakter mulia, berkarya mulia yang berguna bagi dirinya
sendiri dan orang lain.
Dulu penulis kalau mengajar kewirausahaan lebih
fokus pada teori, karena terpancang pada pencapaian target kurikulum, dalam
arti pokok bahan teorinya semata. Praktek memang diadakan hanya sesekali
sehingga tidak dapat mengkristal menjadi suatu kebiasaan bahkan budaya.
Sekarang yang ingin penulis tularkan adalah virus
belajar dengan berpraktek sebagai siswa Entrepreneur. Teori menyusul setelah
kegiatan praktek. Dihararapkan siswa dapat menemukan sendiri teorinya. Suatu
contoh setelah melaksanakan praktek, siswa mengatakan
”Pak saya ditolak ketika akan
masuk rumah orang,”
”Lalu apa yang kamu lakukan
selanjutnya” tanyaku
”ya saya pergi, tidak jadi
masuk, pak”
”berapa kali ditolaknya” tanyaku
lagi pada muridku
”Satu kali pak, saya terus tidak
mencoa lagi”
”Teorinya bahwa wirausahawan itu
tidak boleh menyerah, putus asa, dan harus kreatif, cerdas dan komunikatif”
jawabku
Artinya ditolak satu kali coba
dua kali lagi, ditolak dua kali kamu berfikir mengapa ditolak, mungkin waktu
berkunjung tidak tepat, mungkin kata pembukanya yang salah, mungkin penampilan
kamu yang kurang menarik, cari cara lain sehingga kamu tidak ditolak, yakinlah
pasti berhasil.
Siswa lain setelah melaksanakan praktek dagang
mengatakan
”Waduh pak saya malu dengan
teman-teman di kampung, saya diejek, terus saya tidak PD jadinya”
”Terus apa yang kamu lakukan
selanjutnya” tanya penulis
”Saya tetap mencoba dan tidak
saya ladeni mereka. pikiran saya, hanya satu saya harus bisa”
”Bagus teori mengajarkan bahwa
jadi wirausahawan itu harus Percaya Diri, berani mengambil resiko, semangat,
dan bekerja keras. Semua itu sudah kamu coba lakukan, terus lakukan, nanti kamu
akan lebih percaya diri” jawab penulis pula.
Siswa lain lagi mengatakan
”Pak saya pertama menjual, sasaran
saya adalah orang tua dan saudara-saudara saya sendiri dan laku, senang
rasanya”
”Tidak mencoba ke tetangga depan,
belakang, samping kiri, kanan rumah atau
rumah saudara kamu” tanya penulis pada siswa itu
”Belum pak, rasanya masih belum
Percaya Diri, takut ditolak”
”Ya setidaknya kamu sudah benar
punya taktik dan strategi, memang dalam bisnis itu secara teori harus tahu
TAKTIK dan STRATEGI untuk berhasil, kesempatan berikutnya dicoba menawarkan
pada tetangga yang diperkirakan potensial untuk membeli” begitu saran penulis
Banyak keluhan-keluhan lain dari Siswa misalnya, banyak saingannya, harga
dari toko teaching factory sama atau lebih mahal sedikit dibanding ditoko
sekitar rumah, pembeli maunya harga murah dan belinya kredit atau hutang.
Motivasi penulis adalah, tetap semangat cari kiat sehingga akhirnya konsumen
menerima barang yang ditawarkan. Jangan berfikir negatifnya tetapi berfikirlah
positifnya misalnya kalian berhasil, kalian mandiri, kalian membuktikan bahwa
kalian bisa, kalian bahagia mendapat keuntungan, kalian bangga dapat mencari
uang dengan keringat sendiri, kalian bisa membantu orang tua, Beberapa contoh
diatas adalah model pembelajaran saat ini, penekanan lebih pada praktek dan
anak menggali sendiri dengan berbagai kreatifitas, kiat-kiat suksesnya.
Bakat dan minat siswa masing-masing juga merupakan
salah satu faktor keberhasilan mereka, tetapi asal ada kemauan pasti ada jalan.
Mereka yang melaksnakan dengan ketekunan, biasanya lebih berhasil dibanding
mereka yang pandai tetapi tidak tekun melaksanakannya, Siapa yang minatnya
tinggi bisa mengalahkan mereka yang punya bakat tetapi tidak ada minat.
Penulis sadar tidak mungkin semua siswa dapat
menjadi seperti yang penulis inginkan, tidak mungkin seluruh siswa akhirnya
dapat menjadi siswa entrepreneur, tetapi setidaknya dari 900 san siswa
disekolah kami cukup berharaf 2% nya berati
18 orang saja tiap tahun, diantaranya bisa menjadi entrepreneur sejati, itu
sudah sangat bagus.
Seperti dinyatakan oleh pakar ekonomi David
McClelland, negara bisa makmur bila jumlah entrepreneur sedikitnya 2% dari
jumlah penduduknya (Jamal Makmur Asmani 2011) Jadi apa salahnya bila SMK Negeri
4 Jember atau sekolah-sekolah lain sekolah apa saja, juga menargetkan minimal
2% siswanya untuk menjadi entrepreneur.
2. MANFAAT YANG
INGIN DICAPAI.
Tumbuhnya mind sed menciptakan peluang kerja
minimal bagi para siswa sendiri, syukur kalau bagi orang lain, mungkin
tetangga, sadura, teman. Karena banyak peluang kerja yang sudah dapat
digantikan perannya oleh mesin demi efisiensi dan efektifitas. Contoh di bidang
perbankan, dengan adanya ATM yang mampu bekerja 24 jam sehari, sudah berapa
banyak peran pegawai bank dapat tergantikan. Menurut Ciputra satu ATM dapat
menggantikan tugas 3 orang pegawai bank.
Siswa sebagai orang muda, semangatnya, tenaganya,
fikirannya masih kuat,
masih lentur, bila diajarkan, dilatih, dibiasakan
dibimbing kearah entrepreneur maka akan sangat berpotensial sampai mereka
menjadi dewasa nantinya. Seperti suatu pepatah lama mengatakan bahwa membentuk
besi menjadi parang adalah ketika besi itu masih dalam kondisi lembek. Kalau
itu yang terjadi maka dengan kemandirian mereka diharapkan dapat
mensejahterakan dirinya sendiri,mensejahterakan orang tua, keluarga, tetangga,
maka menjadi sumbangsih para siswa untuk mengurangi pengangguran dan sekali gus
mengurangi kemiskinan.
Memang usaha yang dapat dilakukan oleh siswa
entrepreneur sementara hanya usaha kecil yang kelihatannya tidak berarti,
tetapi bila banyak yang berhasil maka akan menjadi kekuatan memutar roda
ekonomi yang besar juga.
Jiwa entrepreneurship yang telah tertanam dalam
diri siswa, merupakan kekuatan untuk mengisi pembangunan negara dan pembangunan
bangsa. Kenakalan remaja berkurang karena jiwa entrepreneur mengajarkan untuk
berbuat hal-hal yang terpuji, hal yang berguna. Mereka mempunyai kesibikan yang
sangat positif dari pada sekedar hura-hura, tawuran antar siswa dan negatif
lainnya.
Menginspirasi bagi para guru, para orang tua,
pejabat pemerintah bahwa membentuk siswa sebagai pengusaha atau siswa
entrepreneur itu positif dan harus ada sekolah yang berani memulai, bagi
sekolah yang sudah memulai berani mengembangkan lebih baik lagi. Tentu saja
dukungan dari berbagai fihak sangat dibutuhkan karena tanpa adanya suport
minimal dari kepala sekolah, mustahil akan bisa terlaksana.
3. SISWA
ENTREPRENEUR.
Siswa adalah masyarakat yang sedang menuntut ilmu
dibangku sekolah, baik formal (belajar dilembaga sekolah) maupun non formal
(belajar dikursus-kursus, di sanggar-sanggar belajar dan lain-lain)
Entrepreneur dalam pemahaman sederhana adalah
pengusaha atau orang yang secara mandiri mendapatkan materi, kekayaan, dari
usaha memeras otak, tenaga dan usaha kerasnya untuk mendapatkan uang atau
penghasilan. Misalnya, pedagang besar, pedagang kecil, pemilik pabrik,
pengusaha toko, petani, nelayan, pengusaha tambak, pemborong bangunan, pengusaha
jasa, konsultan dan masih banyak lagi.
Sebenarnya banyak sekali definisi tentang
Entrepreneur. Jamal Makmur Asmani (2011) Membedakan antara Entrepreneur (orangnya) dan Entrepreneurship
( sifatnya). Entrepreneur adalah
orang yang mempunyai sifat jiwa, mulia, pemberani, mengadakan perubahan untuk
dirinya dan lingkungan hidupnya. Menurut saya Entrepreneur itu dalam bahasa
Indonesia adalah wirausahawan secara etimologi
berasal dari kata wira adalah
pejuang, pahlawan, manusia unggul, manusia teladan, berbudi luhur, pemberani
dan mulia, Usaha, berusaha
perbuatan, amal, bekerja, berbuat sesuatu untuk perubahan diri sendiri dan
lingkungan serta bangsanya, Wan atau Man
adalah kata akhiran yang berarti arangnya. Jadi wirausahawan adalah seorang
wirausaha.
Sedang Entrepreneurship
sama dengan kata Kewirausahaan yaitu sifat-sifat
yang dimiliki oleh seorang wirausahawan (kreatif,
inofatif, disiplin, kerja keras, komitment, ramah, cerdas, tahan banting,
pencipta lapangan kerja, mandiri, dll).
Siswa Entrepreneur adalah warga masyarakat yang
menjadi pengusaha dikala masih dibangku sekolah, untuk menolong dirinya
sendiri, keluarganya bahkan orang lain disekitarnya untuk bisa mencukupi
kebutuhan kehidupan kesehariannya,
Apakah hal demikian mungkin untuk dilaksanakan oleh
para siswa ? Jawabnya sangat mungkin dengan alasan sebagai berikut.:
Pertama, semasa muda tenaga dan fikiran, semangat
juang masih serba sempurna dan hebat serta produktifitasnya tinggi. Semasa muda
harus dilatih, dibiasakan supaya ketika menjadi dewasa sudah terbiasa dan tidak
canggung lagi melakukan kegiatan sebagai pengusaha dewasa.
Dengan menjadi siswa Entrepreneur maka akan mempunyai jiwa atau karakter yang kuat
diantaranya, kemauan tinggi, kerja keras, pantang menyerah, ulet dan tahan
banting tidak cengeng, cerdas, kreatif dan inovatif, banyak akalnya, tahu dan
bisa memanfaatkan peluang yang ada, mandiri tidak senantiasa bergantung pada
orang lain..
Kedua membentuk karakter wirausaha ketika sudah
dewasa lebih sulit, kalau toh
bisa, memerlukan waktu sangat panjang dan sifatnya
instan, padahal kebutuhan akan pengusaha di negeri ini masih sangat banyak
untuk menolong bangsa Indonesia keluar dari kemiskinan. Menurut teori Kuadrant Cashflow suatu bangsa tidak
akan maju dan tidak akan sejahtera (lebih ditekankan pada ekonomi) bila
penduduknya sebagian besar bekerja sebagai buruh, pekerja dan pegawai. Untuk
menjadi maju dan sejahtera (dibidang ekonomi) maka sebagian besar penduduknya
harus berprofesi sebagai Pengusaha dan Investor. Indonesia sudah membuktikan sejak
jaman penjajahan sampai jaman merdeka penduduknya senang sekali menjadi buruh,
pekerja, atau pegawai, dan kenyataannya sebagian besar penduduknya MISKIN.
Sudah saatnya sekarang ini para generasi muda mulai
sejak usia PAUD sampai Perguruan Tinggi harus berubah pola berfikirnya dari
”SETELAH LULUS SEKOLAH MENCARI KERJA menjadi ”SETELAH LULUS MENCIPTAKAN
LAPANGAN KERJA” .sendiri.
Pengenalan karakter atau Entrepreneurship harus
dilakukan sejak dini, sejak anak masih PAUD dan TK. Karerna di tingkat ini,
masih mudah dibentuk
dan ingatan siswa masih sangat kuat sehingga akan
sangat melekat hingga dewasa nantinya.
Ketiga menurut Ciputra dalam bukunya Quantum Leap
Pengangguran di Indonesia setiap tahun semakin bertambah dengan kurang lebih
20% dari jumlah penduduk Indonesia, bahkan terbesar adalah dari kalangan
lulusan pendidikan, baik tinggi dan menengah atas. Karena lembaga pendidikan
kurang fokus pada pembentukan entrepreneurship. Masyarakatpun lebih senang bila
putra putrinya menjadi pegawai dibanding dengan jadi pengusaha. Inilah saatnya
Indonesia bangkit dengan menggarap para muda menjadi Pengusaha atau
Entrepreneur, sehingga dengan banyaknya entrepreneur roda ekonomi semakin keras
berpotar, pengangguran semakin berkurang karena tersedianya lapangan pekerjaan
lebih banyak, kemiskinan semakin membaik atau semakin berkurang karena lapangan
pekerjaan tersedia lebih banyak sehingga masyarakat miskin mendapat tambahan
penghasilan.
Siklus kehidupan berputar semakin membaik,
entrepreneur memutar roda ekonomi -
tersedia lapangan pekerjaan – Penghasilan masyarakat meningkat – Daya
beli masyarakat meningkat – Peluang dapat di tangkap oleh para
Entrepreneur.semakin banyak - jumlah entrepreneur
semakin banyak pula begitu terus berputar semakin cepat semakin baik.
Masih menurut Ciputra dalam bukunya Jamal Makmur
Asmani (2011) tahun 2007 Entrepeneur di
Indonesia masih sangat sedikit hanya 0,18% dari jumlah penduduk, Tetapi menurut
berita by sms Indolife 11 Maret 2012 yang tidak menyebutkan sumbernya,
dinyatakan bahwa hingga akhir tahun 2011 jumlah pengusaha di Indonesia sudah
mencapai 1,56% dari jumlah penduduk Indonesia. idealnya untuk mampu memutar
roda ekonomi dan penggerak pembangunan dibutuhkan 2% dari julah penduduk.
Dibandingkan dengan Singapura tahun 2005 sudah 7,2% entrepreneurnya, Amerika
tahun 2007
entrepreneurnya berjumlah 11,5% dari jumlah
penduduk, maka Indonesia masih harus berjuang keras membangun kerajaan-kerajaan
bisnis
Menurut Ciputra yang dapat meningkatkan jumlah
Entrepreneur di Indonesia adalah Keluarga,
Masyarakat dan Lembaga pendidikan.
ILUSTRASI 1 :
Anak laki-laki ini dari keluarga miskin dan dia
yatim dan anak tunggal.. Rumahnya keci,l ukuran 3 x 5 m² itupun masih menyewa,
pada desa, karena rumah itu ditepi jalan raya ditepi rel kereta api. Mungkin
itu termasuk tanah milik Bina Marga atau mungkin tanah milik PJKA. Tetapi yang jelas dia
menyewa kepada Desa setempat Rp 200.000 setahun, berarti kalau dibagi 12 bulan
Rp 18.000 sebulan.
Mata pencaharian ibunya yang masih setengah baya
itu adalah menjual karung
glangsi atau zak plastik,
menjual makanan kerupuk berukuran besar, menjualkardus bekas yang jumlahnya
tidak banyak dirumahnya. Dakala tidak ada pembeli dia membantu menjadi buruh
cuci di rumah orang lain.
Sementara anak laki-lakinya sejak kecil berusia 8
atau 9 tahun masih sekolah di SD kelas 3 mejual es lilin dibawa kesekolah, yang
di kulak dari tetangga. Selain itu dia mengantar dan menjual koran Jawa Pos,
Surya dan Kompas. ke Perumahan yang tidak jauh letaknya dari rumahnya, sebelum
berangkat sekolah. Dia bekerja dengan senang, iklash, dan menikmati pekerjaanya
yang hasilnya tidak seberapa itu. Dia tetap sekolah dan bercita-cita sekolah
terus paling tidak SMK Tennik mesin, dia ingin setelah lulus bisa membuka usaha
bengkel dirumah kecilnya itu. Anak periang itu selalu menaiki sepeda BMX
bututnya untuk sarana bekerja dan kesekolah.
Pada saat saya tulis buku ini anak tersebut sudah
sekolah SMK Teknologi swasta kelas di Jember dan masih tetap bekerja menjual
dan mengantar koran sebelum kesekolah, tetapi tidak lagi menjual es lilin.
Profesi barunya sesekali setelah pulang sekolah dia membantu di bengkel sepeda
motor milik Om Liem tidak jauh dari rumahnya tinggal.
Pengasilan berapapun dari jerih payahnya bekerja
dia berikan pada ibu tercintanya sebagian, untuk biaya sekolahnya sebagian dan
untuk pribadinya sendiri seskali menabung bila ada lebihnya.
Apa yang dipetik dari pengalaman diatas tadi :
- Yang jelas dia termasuk Siswa Entrepreneur.
- Dia Kreatif memanfaatkan waktu, kemampuan, ketrampilan dan peluang
yang dia punya
- Dia ada semangat untuk belajar dan bekerja
- Dia punya mimpi dan berusaha keras mencapai mimpinya
- Dia ulet, tangguh tidak menyerah pada keadaan yang menghimpitnya, justru dia berjuang untuk bangkit dari kondisi ketidak nyamanan dalam hidupnya.
- Dia punya rasa hormat, kasih sayang tulus pada ibunya, orang tua yang tinggal satu-satunya didunia ini.
4. PERAN
ORANG TUA :
Ketika lahir manusia itu masih kosong tidak punya
pikiran apapun, tidak bisa mengartikan apa-apa, kemudian orang tua yang
mengajarkan, menunjukkan sesuatu kepada
anak, baik berupa kata-kata misalnya ketika lahir di perdengarkan adzan
ditelinga anak oleh ayah nya. Gerak tubuh, senyum mengucapkan kata IBU, MAKAN,
diajarkan oleh ibu kita, setiap saat kepada anak. Seiring berjalannya waktu
semakin banyak pelajaran yang diberikan dan semua itu masuk dalam file-file
memori otak si anak.
Semua orang tua pasti mengajarkan hal-hal yang
positif kepada anak, bukan hal-
hal yang negatif. Apa yang dilihat didengar dan
dirasakan oleh anak kecil semuanya dari orang tua terekam dalam memori
fikirannya. Sehingga tidak terasa ketika anak dewasa, sukses atau tidak sukses,
sebetulnya sebagian besar prosesnya sudah dimulai dari apa yang disampaikan
oleh orang tua yaitu ayah dan ibunya semenjak anak lahir.
Sehubungan dengan konteks pembicaraan kita saat ini
adalah membentuk entrepreneur maka apa yang harus dilakukan orang tua kepada
anaknya sejak kecil sampai masa remaja dan dewasa, yaitu ajarkan dan beri contoh, ingatkan setiap saat, dorong dan dukung tentang
bagaimana memanfaatkan peluang yang ada, peluang waktu, peluang barang, peluang
jasa, peluang uang, peluang kasih sayang, peluang ketrampilan, peluang
kepandaian, peluang pertemanan, peluang kerjasama, peluang kepercayaan dan
masih banyak lagi manfaatkan semua itu sebaik-baiknya secara positif, bila
ingin sukses.
Misal Peluang
waktu,
sehari semalam kita punya peluang 24 jam gunakan sebaik-baiknya peluang itu
dengan berbagai ragam kegiatan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Untuk sholat dan berdoa, untuk membaca, menulis, berlatih, menghafal (untuk
belajar), untuk makan, untuk tidur dan istirahat, untuk bermain, untuk
bersosialisasi dan berdikusi dengan orang lain, untuk bekerja, untuk berfikir,
merenung, menghayal, mendengar musik, berolah raga, melukis, bekerja, membantu
orang tua, membersihkan rumah dan banyak kegiatan lain sehubungan dengan
memanfaatkan peluang Waktu yang kita punya. Kegiatan harus dilakukan secara
beragam berimbang, dan bervariasi. Ingat bahwa orang tua adalah sumber mindset
anak, jadi orangtua harus melakukan, memberi nasehat, mengingatkan dan
membimbing. Jangan haraf anak akan sholat kalau orang tua tidak melakukan
sholat, jangan haraf anak akan rajin kalau orang tua kerjanya bermalas-malasan.
Misal
peluang punya uang ditangan, renungkan dari mana uang itu, bagaimana proses
mendapatkan uang itu, lalu fikirkan memanfaatkan uang itu.
seefektif dan seefisien mungkin. Untuk makan bila
memang lapar atau kebutuhan pokok yang benar-benar harus segera dipenuhi,
bayarkan hutang biarpun nyicil sedikit, untuk modal usaha, beri sedekah pada
orang tidak mampu seiklasnya, ada lebihnya bisa ditabung,
ILUSTRASI 2.
Tahun 1960 an di desa kelahiran saya Kecamatan
Dongko kabupaten Trenggalek, pasar tradisional hanya buka 2 kali yaitu pertama
hari pasaran PON biasanya para pedagang dan pembeli tidak banyak dan pasar
tidak ramai pedagang dari luar kecamatan tidak banyak yang datang oleh karena
itu barang dagangan dipasar tidak lengkap, waktu bukanya juga tidak lama sekitar
jam 10.00 atau 11.00 pasar sudah sepi. Kedua hari pasaran kliwon,
hari ini pasar begitu rame, pedagang dari luar
kecamatan bahkan dari luar kabupaten juga hadir, untuk membeli dan menjual
barang dagangan. Situasi
pasar sangat ramai serta barang dagangan lengkap.
Kala itu toko-toko belum banyak sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakat membeli di pasar tradisional. Beda dengan jaman sekarang toko-toko
menyediakan kebutuhan lengkap dan buka setiap hari suasana pasar tradisional
sekarang tidak lagi seramai jaman
dulu..
Ketika penulis masih seusia 3 SD, kalau sekolah
sedang libur misalnya tepat hari minggu kliwon, baru bebas pergi main kalau diatas jam 10.00
sebab harus jaga warung pracangan milik ibu dirumah.
Minggu kliwon ini sejak pagi hari, saya sudah main
dipasar lihat tukang jual obat atau istilah desa bakul jamu. Tukang jamu itu membawa monyet lengkap dengan
genderangnya sebagai alat promosi menghadirkan orang untuk berkerumun dan
dikemudian dirayu untuk membeli jamunya. Kupilih tempat dibagian depan dekat genderang yang waktu itu
tidak ada penabuhnya mungkin pembatunya tidak hadir. Saya dipanggil oleh si
tukang jamu,
” le kamu bisa bantu saya nabuh
genderang itu ? saya jawab bisa.
Kemudian saya diberi contoh
irama menabuhnya sebentar lalu
”
bisa le ? gampangkan ?” kujawab bisa pak
Saya bangga bisa membatu menabuh itu, diberi upah
minum jamunya 1 gelas supaya duduknya kuat tahan lama dan sehat katanya.
Tidak terasa waktu berjalan jam 06.00 sampai jam
10.00 berlalu kemudian ku teringat kalau punya tugas jaga warung pracangan ibu.
Cari alasan gimana caranya bisa segera pulang. Kebetulan ada teman disitu, saya
suruh dia gantikan menabuh genderang, diapun sanggup. Selanjutnya ijin pada
penjual jamu kalau saya harus pulang membantu ibu, biar teman ini yang
menggantikan.
Penjual jamu tidak keberatan, karena orang-orang
sudah banyak berkerumun disitu, jadi promosi tandak bedes sudah tidak lagi
tinggal usaha merayu secara intensif konsumen disitu. Saya bergegas pulang,
sudah terbayang kalau sampai dirumah pasti ibu marah, sungguh menyesal kenapa
tadi pagi menurut saja
diajak teman.
Benar ketika sampai dirumah, ibu ternyata sudah
pulang dari pasar kulakan barang-barang dagangan, di gendong sendiri barangnya,
dan sebagian diongkoskan pada orang lain disuruh membantu mengantarkan.
Kemudian ternyata warungnya ditutup karena tidak
ada yang jaga, yang biasa jaga itu kakak laki-laki dan saya, kakak tidak dapat
marah karena dia disuruh belanja kulakan ke tokonya pak Abas.
Begitulah rasa bangga saya dipasar tadi menabuh
genderangnya tukang jamu karena dilihat banyak orang dan kesempatan itu tidak
banyak anak lain yang mendapatkan, berubah menjadi penyesalan dan rasa kasihan
terharu pada ibu yang sudah berjuang semua itu demi anak-anak dan keleluarga.
Ibu marah karena aku tidak mengerti pekerjaan, hanya main saja, tidak membantu
ibu padahal itu sudah menjadi tugasku setiap hari libur tepat pasaran kliwon.
Karena aku yang salah, maka tak sepatah katapun
kuberani menjawab, biarkan ibu menumpahkan kekesalan, marah dan segala uneg-unegnya sampai tuntas Sambil menunduk
kudengarkan setiap kata-kata yang keluar dari lisan ibu yang walaupun
disampaikan dengan nada keras sebetulnya merupakan nasehat bagi kebaikan saya,
ibu dan keluarga.
Apa yang dapat dipetik dari pengalaman diatas,
antara lain :
- Tentang kebanggaan, keberanian, rasa percaya diri.
- Tentang rasa tanggung jawab
- Tentang hormat dan sayang pada orang tua.
- Tentang sikap menerima masukan dari orang lain.
- Tentang kerja keras ibu.
- Tentang teladanan dari orang tua dan keluarga yaitu kakak.
- Tentang berani mengambil resiko
- Tentang kesabaran
- Tentang proses bisnis dan liku-likunya
10
Kiat dan Kreatifitas dalam usaha.
11
Memanfaatkan peluang.
yang telah saya dapatkan dari pengalaman, dan bimbingan dari orang tua dan
masyarakat yaitu bapak penjual jamu.
5. PERAN SEKOLAH ( SETINGKAT PAUD DAN TK)
Sekolah merupakan tempat anak mendapatkan
pengetahuan, pengalaman dari ucapan, perilaku dan sikap para guru dan staff
tata usaha sekolah. Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses
pembelajaran, maka anak-anak dengan mudah meniru apa yang ada disekolah. Semua
itu memperkaya pembentukan pola pikir baik yang maupun negatif. Oleh karena itu
dalam rangka
menumbuhkan pola pikir entrepreneur sebaiknya dimulai
dari tingkat terendah sedini mungkin, yaitu PAUD dan Taman kanak-kanak.
Mengapa TK dan PAUD, karena untuk membentuk
entrepreneur dan entrepreneurship tidak bisa dilaksanakan dengan instan.
Pepatah mengatakan bila membuat parang maka harus ditempa ketika besi masih
lunak. Anak-anak dibaratkan besi yang masih lunak dan mudah dibentuk tanpa
patah.
Untuk setingkat PAUD dan TK, sudah harus dikenalkan
entrepreneurship dan entrepreneur,
dengan cara khas belajar mereka yaitu bermain.
Selain kurikulum ang sudah baku, selipkan main pasar-pasaran atau
dagang-dagangan, pabrik-pabrikan, bank-bank an, dalam permainan roll play, cari
teman, wisata ke pasar tradisional, ke mall, ke pedagang kaki lima, berikan
penjelasan sesuai dengan pengertian mereka. Bercerita tentang perjuangan suka
duka dalam berwirausaha. Kemandirian misal makan sendiri, memakai sepatu
sendiri, berani mengambil resiko misal renang, naik tangga, naik meja. Untuk
mengenalkan budaya kerja misalnya pengenalan kerja bakti menanam bunga,
berkebun, menyapu kelas, menyapu halaman, membantu guru atau orang tua.
Selain siswa harus kreatif maka gurunya harus kreatif dan inovatif serta bersedia melakukan pembimbingan
siswa kearah penguasaan karakter wirausahawan, jangan terlalu difikirkan
hasilnya yang penting prosesnya dulu.
ILUSTRASI 3 :
Zahro adalah siswa Taman Kanak-kanak. Orang tuanya
bekerja sebagai penjaga sekolah yang gajinya kecil. Untuk menutupi kebutuhan
sehari-hari termasuk biaya sekolah, bapak dan ibunya berdagang mie dan nasi
disekolah tempat mereka bekerja. Zahro sepulang sekolah bertugas menjaga warung
ketika ibunya sibuk mengurus adiknya dan memasak di dapur. Kalau ada pembeli
Zahro memanggil ibunya atau ayahnya, untuk melayani pembeli dimaksud. Ketika
itu Zahro menggantikan ibu menjaga adik yang sendirian di tempat tidur. Firman
adik laki-lakinya yang belum sekolah bila sedang lega hati, bertugas membantu
ayah menyiapkan barang dagangan dan mengusung barang ketika waktunya tutup
warungnya.
Bila Firman sedang ngambek rewel maka tugas Zahro mengajak
firman main kejar-kejaran, main sepedah roda tiga, main pasar-pasaran, main
petak umpet, yang penting tidak mengganggu orang tua yang sedang bekerja.
Sementara orang tua sibuk bekerja maka untuk makan,
mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
oleh mereka berdua walau kadang-kadang firman masih minta disuapin oleh ibu
atau bapak atau kakaknya Zahro.
Walau masih sangat kecil Zahro sudah harus terbiasa
hidup hemat, dia harus sering menahan keinginannya beli-beli jajan atau mainan,
terkadang harus
mengalah dengan adiknya Firman
Apa yang bisa dipetik dari Ilustrasi diatas :
- Zahro akan menyimpan pengalaman masa kecilnya, dari apa yang dilihat pada orang tuanya
- Dia akan menyimpan pengalaman bekerja keras, menjaga warung, hemat, usaha mencari uang, membantu mengasuh adik dengan kreatif dan kasih sayang, semuanya terekam dalam fikiran bawah sadarnya
- Pengalaman itu akan dikeluarkan lagi dengan kreatifitas ketika dia menjadi dewasa nanti, asalkan mendapat pengalaman yang sejalur ketika masa sekolah SD, SMP dan SMA/SMK bahkan Perguruan tinggi
6. IMPLEMENTASI PENGAJARAN DI PAUD DAN TK.
l
Bermain adalah dengan cara
khas belajar mereka
l
Sesuai Kurikulum yang
sudah baku,
l
Roll play selipkan main
pasar-pasaran atau dagang-dagangan, pabrik-pabrikan, bank-bank an, dalam
permainan
l
Cari teman,
permainan mencari teman
l
Wisata ke pasar
tradisional, ke mall, ke pedagang kaki lima, berikan penjelasan sesuai dengan
pengertian mereka.
l
Bercerita tentang perjuangan suka
duka dalam berwirausaha.
l
Kemandirian misal makan sendiri,
memakai sepatu sendiri, mandi sendiri
l
Berani mengambil resiko misal
renang, naik tangga, naik meja.
l
Untuk mengenalkan budaya kerja
misalnya pengenalan kerja bakti menanam bunga, berkebun, menyapu kelas, menyapu
halaman, membantu guru atau orang tua.
l
Selain siswa harus kreatif maka
gurunya harus kreatif dan inovatif serta bersedia melakukan pembimbingan siswa
kearah penguasaan karakter wirausahawan, jangan terlalu difikirkan hasilnya
yang penting prosesnya dulu.
ILUSTRASI
4
Riwayat Nabi Muhammad SAW dibidang bisnis ternyata
cukup memberi suri tauladan disamping riwayat spiritual beliau sebagai seorang
Nabi dan Rosulullah.
Pengalaman bisnis Muhammad pada usia muda yaitu 12
tahun sudah melakukan perdagangan internasional hingga ke negeri syam (syria
sekarang),. Bahkan pada usia 18 tahun sudah menjadi manager trading company,
dan pada usia 25 tahun sudah menjadi entrepreneur (bisnis owner) yang kaya raya
dan sudah berdagang keluar negeri 18 kali.
Dalam perkembangannya beliau diakui sebagai
entrepreneur (pemimpin, pengusaha) yang sangat terpercaya sehingga digelari Al
Amin. Banyak saudagar-saudagar arab (investor) yang mempercayakan barang
dagangannya ke Muhammad Al Amin. Bahkan ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau
membangun masyarakat madani dengan dengan membangun pasar (sebagai simbol
ekonomi) sebelum masjid sebagai simbul spiritual
Apa yang bisa dipetik dari ilustrasi diatas :
1. Nabi
Muhammad sejak muda berperi laku jujur, dan bekerja keras.
2. Beliau
adalah seorang entrepreneur yang sukses, selain kesuksesannya dibidang
spiritual sebagai nabi dan Rosul
3. Beliau berani mengambil resiko sejak muda
untuk berdagang sampai jauh dan keluar negeri.
4. Beliau memulai dibidang usaha pada umur yang
masih belia 12 tahun.
7. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
l
Dilakukan secara terus menerus,
melalui pengamatan dan catatan anekdot yaitu catatan yang dibuat guru ketika
mengetahui perilaku peserta didik yang berkaitan dengan entrepreneurship.
l
Guru dapat pula memberikan
tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai-nilai entreprenership yang
dimiliki ( contoh pandai bercerita/ komunikatif)
Berdasarkan catatan
diatas maka guru memberikan pernyataan :
l
BT : BELUM
TERLIHAT (Apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)
l
MT : MULAI
TERLIHAT (Apabila peserta didik sudah memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten)
l
MB : MULAI
BERKEMBANG (Apabila peserta didik memperlihatkan tanda-tanga
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
l
MK : MENJADI
KEBIASAAN/MEMBUDAYA (apabila peserta didik terus
menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara
konsisten.
8. PENUTUP.
Semoga dapat menginspirasi dan memotivasi anak-anak
sejak dini, para pembaca yang punya peluang dan kesempatan sama atau bahkan lebih baik untuk
dapat berjuang lebih hebat dari anak
penjual koran dan Zahro si anak TK seperti dalam ilustrasi tersebut
diatas.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Gunawan Ardiyanto, JADI PENGUSAHA SIAPA
TAKUT, Kompas Gramedia, Jakarta, 2009
2. Ibrahim
Rlfiky Dr, TERAPI BERFIKIR POSITIF, Zaman, Jakarta, 2010.
3..
Ibrahim Hamd Al-Qu’ayyid Dr, 10 KEBIASAAN MANUSIA SUKSES TANPA BATAS, Maghfiroh
Pustaka, Jakarta, 2008
4. Riant Nugroho Dr, ENTREPRENEUR CIPUTRA, Kompas
Gramedia, Jakarta, 2009.
5. Departemen Pendidikan Nasional dan ILO, MARI
BELAJAR BISNIS, Jakarta, 2005.
6. Power Point Materi Pelatihan Pendidikan
Karakter Nasional, Jakarta, 2010
öööÖööö
1 komentar:
Hotels near Caesars Palace Casino in Las Vegas, NV - Mapyro
Hotels 1 - 광주광역 출장안마 12 of 63 — Hotels 1 - 12 대구광역 출장안마 of 62 — Looking for hotels near Caesars 창원 출장마사지 Palace Casino? Choose 거제 출장마사지 from 63 nearby 제주 출장안마 hotels and casinos.
Posting Komentar