PENGELOLAAN KELAS DENGAN PENDEKATAN
PERBAIKAN TINGKAH LAKU, PBM KEWIRAUSAHAAN
LEBIH EFEKTIF DI KELAS X PM1, XPM2, XBC SMK NEGERI 4 JEMBER.
Sunyoto
GURU SMK NEGERI 4 JEMBER
ABSTRAK :
Dalam pelaksanaan mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X PM1, XPM2, XBC, SMK Negeri 4 Jember, guru sering mengalami kesulitan
ketika menerapkan model ceramah, karena kondisi
kelas selalu gaduh, ramai, sehingga informasi yang disampaikan guru tidak
mendapat perhatian serius dari kebanyakan siswa. Hal demikian perlu dicari
jalan keluarnya dengan melaksanakan Penelitian Tindakan kelas. dengan
pengelolaan kelas menggunaka pendekatan perbaikan tingkah laku, serta motivasi
dengan: (1) Merapkan Ice Breaking setiap anak tidak fokus, (2) Menerapkan
Komitment kepada semua siswa untuk belajar mendengarkan. Setelah melakukan dua
kali siklus kegiatan tindakan dengan penyempurnaan di setiap sklus, membuktikan
hasilnya dapat memecahkan masalah ketidak fokusan siswa dalam menerima ceramah
atau informasi dari guru sehingga Kelas Kondusif, PBM efektif. Selanjutnya
diharapkan, guru yang memiliki kasus sama, menerapkan Ice breaking dan komitmen
belajar mendengarkan
Kata-kata Kunci : Tingkah laku, Pengelolaan kelas,
PBM efektif.
PENDAHULUAN
Sebagian besar waktu siswa (07.00 – 13.30) dihabiskan
untuk belajar didalam kelas, oleh karena itu betapa membosankannya apa bila proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru, tidak menarik minat dan perhatian
para siswa. Guru dalam hal ini harus kreatif dan benar-benar jitu dalam
pengelolaan kelas serta dapat memilih multi metode, multi stretegi mengajarnya
untuk dapat menarik siswa mencapai tujuan pembelajaran pada jam itu dapat
tercapai secara maksimal. Pengelolaan kelas yang kurang baik sangat menghambat pelaksanaan
proses belajar serta hasil mengajar dikelas.
Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa PPL dan saaya
selaku Guru pamongnya, ketika mengajar pelajaran kewirausahaan di kelas X
Pemasaran (PM)1, X Pemasaran (PM 2) dan X Broadcast (BC) dapat kami
identifikasi sebagai berikut.
Untuk kelas X PM 1 dan XPM 2 pelaksanaan pelajaran
adalah jam ke 7-8
(12.00-13.30) jam terakhir. Suasana kelas panas, bising karena lokasinya
tepi jalan raya, Kelas X BC jam ke 3-4 (08.30-10.00), susana ruangan
panas, ventilasi hanya searah, sedikit suram karena lantai dan temboknya kusam,.
Rangking mutu akademis ketiga kelas tersebut termasuk rendah dibanding enam kelas
X yang lain. Dipicu dengan kurangnya media pembelajaran (sound system, LCD Proyektor) di kelas
itu, menyebabkan siswa senantiasa ribut, kurang fokus ketika guru mengajar
dengan metode ceramah, metode tanya jawab, memberi informasi, apa lagi diskusi.
kelompok. Kondisi demikian benar-.benar menyulitkan bagi guru untuk dapat
mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan kelas yang kurang baik menyebabkan
terganggunya Proses belajar mengajar.
Selanjutnya kami dapat merumuskan masalah yang
harus dicari pemecahannya adalah ” bagaimana mengatasi situasi siswa di kelas X
PM1, XPM2, X BC dapat menjadi tenang,
sehingga PBM lancar efektif. Hipotesa
penelitian saya untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dua topik yaitu (1)
merubah atau mempengaruhi tingkah laku siswa dengan menerapkan Ice breaking dan (2) Pengambilan
komitmen belajar mendengarkan
selengkapnya kami uraikan sebagai berikut. Metode Ice breaking dimaksudkan
untuk memecahkan masalah ketidak fokusan siswa dalam waktu pembelajaran dengan
metode ceramah 2 x 45 menit. Sedang belajar komitment belajar mendengarkan
untuk memecahkan masalah ketidak
fokusan siswa dalam menerima informasi pembelajaran dari guru dengan secara
lisan dalam waktu yang lebih pendek misal 1 x 45 menit atau kurang dari itu.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang
dilaksanakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bentuk artikel.
Berawal dari tujuan pokok penelitian yaitu mendiskripsikan dan menganalisa data
dan informasi dilapangan sesuai dengan keadaan sebenarnya maka penulis
merancang penelitian ini dengan menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Hamidi (2008:11) penelitian Deskriptif
Kualitatif jika data yang disajikan berupa cerita dari responden atau
informan tentang pertimbangan, pengalaman, pengetahuan, tradisi, fisafat atau
pandangan hidup mereka.Biasanya metode Deskriptif
Kualitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan ”Mengapa” atau
”Bagaimana” yang pada dasarnya mencari jawaban detail melalui wawancara
mendalam. Menurut Kirk dan Miller dalam Lexy J Moleong (2007:4) Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial secara fondamental bergantung
pada pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahan nya. Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moleong (2007:4) metode penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Metode pengumpulan data dengan
(1) wawancara mendalam dengan responden, (2) observasi dengan melihat langsung
kondisi di kelas lalu dicatat, Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data diuji
dengan : (1) Trianggulasi Metode: jika informasi atau data yang berasal dari
hasil wawancara misalnya, perlu diuji dedngan hasil observasi dan seterusnya
atau pengumpulan data yang lain.. (2) Trianggulasi peneliti, jika informasi
yang diperoleh salah seorang tim penelitiu, diuji oleholeh anggota tim yang
lain, peneliti yang berbeda. (3) Trianggulasi sumber, jika informasi tertentu
ditanyakan kepada responden yang berbeda. (4) Trianggulasi Situasi, bagaimana
penuturan responden jika dalam situasi berbeda, dalam keadaan sendiri dengan
dalam keadaan bersama orang lain. (5) Trianggulasi teori, apakah ada
keparalelan penjelasan dan analisis terhadaphasil penelitian.
Untuk siklus penelitian
direncanakan dilaksanakan dua siklus dalam waktu satu bulan (Bulan Nopember)
2012. dengan mengacu pada model Kemmis dan MC Taggart
yang terdiri dari 4 komponen yaitu ; Perencanaan, Tindakan, Observasi dan
Refleksi (Irianti Agustina 2012)
Dalam Artikel ini peneliti
berperan sebagai perencana, pembimbing, pengamat, pelaksana pengumpulan data,
penganalisis dan pelaporan hasil penelitian. Selain itu peneliti berkolaborasi
dengan Mahasiswa PPL di SMK Negeri 4 Jember.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi awal sebelum Tindakan
Bahwa yang saya dan Mahasiswa PPL alami
ketika kami mengajar kewirausahaan menggunakan metode ceramah, atau memberi
informasi yang sifatnya lisan menemui masalah ketidak fokusan siswa, hasil
observasi datanya sebagi berikut :
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 8 (21%), tidak fokus 30 (79%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 17 (44%), tidak fokus 22 (56%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 10 (26%), tidak fokus 28 (74%)
Pada awal sebelum tindakan rata-rata 70% siswa tidak fokus, ramai, main
sendiri, tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga guru harus
sering menegur siswa yang membuat masalah, dengan kata-kata minta perhatian,
harus dengan suara keras. Kondisi demikian membuat Proses Belajar Mengajar
terganggu, capek, tegang, emosional dan tidak efektif.. Dalam fikiran kami harus
mencari solusi, tetapi apa atau bagaimana? Yang jelas ini tentang pengelolaan kelas dan metode
penyampaian informasi, masalahnya ketika
guru harus menyampaikan informasi secara lisan.
Kemudian kami cari beberapa teori tentang
pengelolaan kelas antara lain, Moch Uzer Usman (1995:10) menjelaskan bahwa
salah satu peran guru dalam Proses Belajar Mengajar adalah Pengelola kelas. Selanjutnya dia menyatakan bahwa sebagai
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar, maksudnya mengatur
dan mengawasi lingkungan kelas menjadi lingkungan kelas yang baik, menantang,
merangsang siswa untuk belajar, memberi
rasa aman, nyaman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan
kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang bermacam-macam
kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu
dikelola ketika guru mengajar dalam kelas menurut hasil penelitian E. Conant
(1974) dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: 30% dipergunakan untuk kegiatan yang
berhubungan dengan pengajaran, 40% digunakan untuk kegiatan yang ada
hubungannya dengan administrasi dan pengaturan kelas, 30% untuk kegiatan yang
tidak termasuk dalam kegiatan pengajaran dan administrasi. dan pengaturan
kelas. Selanjutnya dia mengatakan bahwa yang perlu didalam kelas adalah : (1)
Daftar absen peserta didik untuk membiasakan
disiplin terhadap peraturan, (2) Bila memungkinkan dalam kelas hendaknya
tersedia tempat baca untuk dimanfaatkan peserta didik pada waktu istirahat,
diskusi, waktu luang sehingga menghilangkan rasa jenuh, (3) Penanaman dan
pembiasaan hidup bersih dilingkungan
kelas dan sekolah.
Untuk memperluas
wawasan tentang pengelolaan kelas ada
baiknya kita pelajari beberapa pendekatan ( Amir Achsin 1990 dalam H Moh Holili) sebagai berikut
Pendekatan Otoriter.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai ”Perangkat
guru untuk menegakkan dan memelihara peraturan-peraturanmelalui disiplin yang
ketat didalam kelas. Guru yang menganut pendekatan ini menganggap dirinya
sebagai agen pengetahuan bukan sebagai
agen pembaharuan. Keberadaan siswa tidak diberi kebebasan untuk
mengembangkan sikap kreatif, kritis, dan dinamis.
Pendekatan Permisif.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai ” Seperangkat
kegiatan guru membantu siswa untuk memaksimalkan kebebasan mereka” Pengelolaan
permisif ini adalah kebalikan dari dari pendekatan otoriter. Oleh karena itu
bagi guru yang dilhami oleh pendekatan tersebut senantiasa memberikan kebebasan
kepada para subyek didik untuk berbuat apa saja dalam kegiatan mengajarnya.
Sehingga kelas itu dibiarkan sekalipun kelas itu gaduh, ramai..
Pendekatan Perbaikan tingkah laku.
Pengelolaan kelas diartikan
sebagai ”suatu perangkat kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendorong tingkah laku siswa yang tepat atau baik dan
mengurangi atau mengeliminasi tingkah laku siswa yang kurang sesuai.” Guru yang
menganut pendekatan ini, maka untuk mempertahankan tingkah laku yang
positip dapat memberikan penguatan
(reiforcement) berupa pujian dan dapat berupa hadiah (reward).. Sedangkan untuk
mengeliminasi tingkah laku siswa yang menyimpang dapat memberikan hukuman
(punisment) sebagai jalan yang terakhir.
Pendekatan Penciptaan iklim sosio-emosional yang Positip.
Pengelolaan kelas
diartikan sebagai ”perangkat kegiatan yang mana guru mengembangkan hubungan
antar pribadi yang baik dan mengembangkan suasana yang menunjang terciptanya
sosial-.emosional yang positip”. Titik tekan dari pendekatan ini bahwa kelas akan baik tergantung dari
kepribadian guru itu sendiri. Seperti penerimaan guru atas tingkah laku siswa,
kepercayaan guru kepada siswa, rasa kebersamaan guru pada siswa, kecintaan dan
penghargaan guru kepada siswa merupakan syarat untuk penunjang keberhasilan
proses belajar mengajar.
Pendekatan Proses Kelompok.
Pendekatan pengelolaan kelas
diartikan sebagai”seperangkat kegiatan yang digunakan oleh guru uintuk
menetapkan dan memelihara suatu organisasi kelas yang efektif” Dalam pendekatan
ini, peranan utama guru dalam mengelola kelas adalah menciptakan dan memelihara
keakraban, mengembangkan produktivitas
dan penyelesaian tugas kelompok-kelompok belajar yang telah dibentuk didalam
kelas.
Dari beberapa pendekatan
pengelolaan kelas diatas pada dasarnya semua dapat diterapkan, tetapi kami mencoba
menganut teori Pendekatan Perbaikan tingkah
laku.
Dalam teori tersebut dintakan bahwa ”Guru untuk mempertahankan tingkah laku
yang
positip dapat memberikan penguatan
(reiforcement) berupa pujian dan dapat berupa hadiah (reward).. Sedangkan untuk
mengeliminasi tingkah laku siswa yang menyimpang dapat memberikan hukuman
(punisment) sebagai jalan yang terakhir.
Pengambilan Tindakan Siklus pertama.
Dilaksanakan di kelas X PM 1 pada hari Senin 5
Nopember, di kelas XBC hari selasa 6
Nopember, dan di kelas XPM2 hari kamis 8 Nopember 2012. Saya siapkan satu jenis
Ice Braking yaitu Yel – Yel tinggal daownload dari
internet. Namun sebelum saya paparkan contoh yel – yel yang akan kami
tampilkan, ada baiknya kita lihat beberapa rujukan yang membahas tentang Ice Breaking dari beberapa web.
Ice breaker adalah sebuah cara untuk membuat
peserta pelatihan, seminar, pertemuan atau meeting menjadi terkonsentrasi,
perhatiannya tidak terpecah karena hal hal-hal diluar acara, atau untuk
memecahkan kekakuan suasana ketika acara tersebutmengharapkan perhatian dan
konsentrasi penuh dari peserta. Harapannya adalah dengan adanya ice breaker,
peserta dapat memusatkan perhatiannya kepada pembicara dan tentang apa yang
dibicarakan, dengan demikian peserta akan lebih mudah memahami program secara
keseluruhan. Ice Breaker adalah upaya pengalihan situasi dari yang membosankan,
membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang, menjadi rileks, bersemangat dan tidak
membuat mengantuk, serta ada perhatian dan rasa senang mendengarkan atau
melihat yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan. (saptadjie,
Komunitas Trainer Bandung)
Memang tidak disadari banyak orang atau siswa
menjadi lelah, malas, jenuh tidak tertarik atau tegang saat mengikuti pelajaran
ceramah karena berbagai sebab antara lain nada pembicara monoton, tidak ada
variasi, tidak jelas/ lemah suaranya, kondisi lapar, kondisi habis makan
siang/malam, sudah saling kenal akrab, terlalu formal dan menegangkan. Oleh
karenanya, diperlukan suatu cara agar kondisi tidak kondusif itu mencair yaitu
dengan Ice breaking atau ice breaker atau energizer.
Ada banyak jenis Ice breaking yang dapat digunakan
antara lain : Yel-yel, Tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota
badan, games, cerita /dongeng bijak, cerita-cerita lucu. Tinggal pilih mana yang seuai.
Yel – yel adalah satu jenis Ice Breaker yang kami
siapkan, untuk merubah mempengaruhi
tingkah laku siswa agar bisa fokus dalam pembelajaran metode ceramah. Hal
ini sesuai dengan apa yang dituliskan dalam Zakyweb.com ” Jika fasilitator
ingin memusatkan perhatian tanpa berteriak-teriak memohon perhatian maka tidak
akan efektif, semakin keras berteriak semakin gaduh pula suasana ruang
pelatihan. Strateginya adalah terlebih dahulu kita membuat kesepakatan untuk
melakukan yel-yel yang paling sering digunakan adalah model sapa jawab.
HALO – HAI
HAI – HALO
APA KABAR – LUAR BIASA
SELAMAT SIANG . KERJA
KERAS
ARE YOU READY - YES
Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat penyembuh yang paling
baik dibanding jenis yang lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi
menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat tinggi dari peserta
pelatihan, serta menanamkan esprit de
corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.
Dalam siklus pertama, kami
menempatkan Ice breaking yel-yel hanya di awal pertemuan atau awal pelajaran
dan diakhir pertemuan untuk alokasi waktu pembelajaran selama 2 x 45 menit (90 menit)..
Hasil dari tindakan siklus pertama berdasarkan observasi dan wawancara
adalah cukup menggembirakan yaitu :Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 34 (89%), tidak fokus 4 (11%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 37 (95%), tidak fokus 2 (5%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 32 (84%), tidak fokus 6 (16%)
sebagian besar siswa semangat, fokus mendengarkan apa yang disampaikan
guru. Namun kondisi demikian tidak bertahan lama, menyambut sapaan
yel dari guru menjadi kurang semangat seperti pada awal pertemuan, ini adalah catatan untuk perbaikan tindakan pada
siklus kedua.
Pengambilan Tindakan siklus kedua.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, rata-rata
setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah
sekitar 15 menit, setelah itu konsentrasi seseorang tidak lagi dapat fokus.
Selanjutnya dalam web itu dituliskan bahwa seorang fasilitator harus peka
ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta tidak dapat berkonsentrasi
lagi, harus melakukan Ice breaking atau energizer. (Zakyweb.3dn.ru))
Kami merancang pelaksanaan siklus kedua hari senin
12 Nopember di kelas XPM1, selasa 13 Nopember di kelas XBC dan kamis Kamis 22
Nopember 2012 di kelas XPM2. Menindak lanjutu catatan Kami perkirakan Jenis Ice
breakingpun harus lebih bervarasi, sehingga tidak jenuh dengan yang itu-itu
saja. Maka pada siklus kedua kami siapkan beberapa Ice breaker tambahan selain
yel-yel diatas yaitu :
Model Tepuk irama,
strateginya dalam kelas dibagi dalam empat deretan bangku sesuai susunan bangku
seperti biasanya Deret pertama dari kiri atau kanan tidak masalah, yang penting
guru ingat. mengatakan Tang, deret
kedua mengatakan Ting, deret ketiga
mengatakan Tung dan deret ke empat
mengatakan Blung. Selanjutnya ketika
guru menunjuk deret tertentu siswa menyuarakan kata-kata sesuai kesepakatan
bersama-sama. Kelihaian guru dalam menunjuk deret bangku yang harus bersuara
secara bergantian menghasilkan musik yang lucu dan menggembirakan. Model tepuk
tangan ”wow” strateginya guru meminta kepada seluruh siswa tepuk tangan dengan
lambat, semakin cepat, semakin cepat lalu berteriak WOW bersama-sama.
Model melepas penat,
strateginya guru meminta seluruh siswa berdiri di gang antara deretan bangku,
kemudian siswa diminta menirukan gerakan guru mengangkat kedua tangan keatas
setinggi-tingginya. liukkan kekiri, kekanan, belakang depan selesai.
Model game lepas tangkap, strateginya siswa berpasangan. Satu siswa membuka kedua telapak tangan,
siswa lainya menempelkan telunjuk ke telapa tang temannya. Ketika guru memberi
aba-aba TANGKAP maka kedua siswa bereaksi yang satu menangkap telunjuk teman,
satunya berusaha menghindar dari tangkapan.
Sebagai penguatan (reiforcement)
maka kami berikan motivasi tentang belajar
mendengarkan.
Mendengarkan kelihatannya merupakan hal mudah,
tinggal pasang telinga uutuk mendengarkan pembicaraan orang lain, atau jika
dalam menulis hanya menyimak arah pembicaraan dalam tulisan., tetapi ternyata
mendengarkan itu ternyata susah. Mungkin banyak orang yang pintar menjadi pembicara tetapi belum tentu pintar menjadi pendengar. Banyak orang pintar
menulis tetapi belum tentu pintar menjadi penyimak tulisan yang baik.(http://www.harjasaputra.com/opini/komunikasi).
Menurut Tubbs
& Moss menyatakan belajar mendengarkan ternyata juga bagian
dari komunikasi. Dalam kasus-kasus
tertentu mendengarkan lebih efektif dari pada bicara. Diam lebih berarti dari
pada unjuk bicara. Tentunya, tidak dalam semua hal kita harus diam. Ia
memberikan contoh bagaimana ”Belajar mendengarkan” diterapkan misalnya ketika
kita sedang berkomuniukasi dengan orang yang sudah tua maka jangan sekali-kali
menimpali. Orang yang sudah tua umurnya adalah kebutuhan untuk didengarkan
bukan untuk diceramahi. Contoh lain
dalam kasus ketika konsumen memberi komplain, maka customer Service yang
melayani komplain harus belajar mendengarkan. Jangan sekali-kali menimpali
konsumen yang komplain, karena akan menyebabkan cekcok mulut yang tidak
berkesudahan. Belajarlah mendengarkan karena manusia juga memiliki kebutuhan
dasar untuk didengarkan.
Salah satu kunci sukses
terpenting adalah belajar mendengarkan dengan
kemampuan dan kemauan orang untuk mendengarkan dengan hati. Berapa cerita
sukses menuturkan bahwa kesuksesan mereka adalah berkah dari kemauan mereka
untuk belajar mendengarkan. Seorang siswa yang sukses adalah siswa yang mampu
mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dari gurunya karena dia mau mendengarkan
petuah dari sang guru dengan sebenar-benarnya dan dimasukan dalam hati. Kisah
sukses sang direktur pemasaran itu justru berawal ketika dia mulai mau
mendengarkan masukan dari atasan, dari bawahan, bahkan dari orang yang
sebelumnya dia pandang sebagai orang yang sama sekali tidak kompeten dibidang
tersebut. Kemauan mendengar pendapat banyak orang justru membuat dirinya kaya. Pengembangan
diri identik dengan memasukkan banyak input positif kedalam diri seseorang.
Telinga dan hati adalah pintu masuknya. Jika seseorang ingin mendapatkan
pengembangan diri positif, mendengarkan banyak hal diluar diri seseorang adalah
kuncinya (http://igaji.com)
Pendapat lain betapa
pentingnya mendengarkan dengan kesungguhan artinya dalam mendengarkan kita
harus fokus dan perhatian kita tertuju terhadap apa yang disampaikan oleh si
pembicara, manfaatnya adalah informasi yang disampaikan dapat kita terima
dengan baik dan dengan sendirinya ilmu dan pengertian kitapun akan bertambah.
Mari bersama-sama belajar mendengar dengan penuh kesungguhan dan mendengar
dengan hati. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut. Kita
diharapkan lebih banyak mendengar dari pada berbicara (http://edukasi.kompasiana.com)
Strategi pelaksanannya
adalah Pengambilan komitmen atau kesepakatan (1) selama guru memberikan
informasi secara lisan maka siswa harus fokus mendengarkan, memperhatikan
dengan sungguh-sungguh. (2) siswa boleh berbicara, bertanya, berpendapat
setelah diijinkan oleh guru. (3) Bagi siswa yang melanggar diberika sangsi
mengajar didepan kelan kelas menggantikan posisi guru menerangkan kepada
teman-temanya.
Kemudian untuk memantapkan komitment maka kepada
para siswa kita tanya, minimal tiga pertanyaan yang jawabannya YA sebagai tanda
persetujuan dari siswa yang disebut persetujuan subconcious. Persetujuan
subconcious artinya persetujuan yang didapatkan dari alam bawah sadar siswa.
Contohnya ”wah hari ini udara sangat panas ya”, jawaban yang diharapkan YA,
Contoh lain belajar mendengarkan itu ternyata sangat penting ya? jawaban yang
diharapkan dari siswa YA, Okey sebaiknya pelajaran kita lanjutkan ya? jawab
yang kita harapkan YA. Menurut ilmu Hipnosis semakin sering siswa mengatakan
persetujuan YA maka mereka semakin komitmen. (Andri Gunawan 2010)
Hasil dari tindakan pada
siklus dua ini menurut pengamatan kami dan hasil wawancara dengan siswa sebagai
berikut :
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 36 (94%), tidak fokus 2 (6%)
Kelas X MP2 jumlah siswa 39 org fokus 39 (100%), tidak fokus 0 (0%)
Kelas X MP1 jumlah siswa 38 org fokus 36 (94%), tidak fokus 2 (6%)
sangat memuaskan seluruh siswa kelihatan tenang, senang, semangat, dan fokus memperhatikan pada apa
yang disampaikan guru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulannya
untuk menjawab pertanyaan permasalahan ” bagaimana mengatasi agar situasi siswa
di kelas X PM1, XPM2, X BC menjadi tenang,
sehingga PBM lancar efektif, adalah menggunakan Ice breaking bervariasi. Komitmen
belajar mendengarkan petunjuk, petuah, informasi, materi dari guru adalah salah
satu kunci sukses siswa. Namun walau bagaimanapun hebatnya Ice breaking, bila
guru dalam menyajikan ceramah kurang menguasai materi, penampilan tidak menarik
maka akan mempengaruhi hasil tindakan.
Saran
kami kepada guru belajarlah mengajar di dalam kelas, bermutu, siap dan percaya diri, bersuara cukup
kuat, berdiri bersemangat, beracting, layaknya
seorang motivator, fasilitator dan aktor
di pelatihan motivasi sukses. Bagi siswa fokus dan bersungguh-sungguhlah
dalam belajar untuk mencapai sesuatu impian atau tujuan. Kemudian bagi peneliti
lain, kami berharap dapat dapat
menyempurnakan lebih baik dari apa yang
sudah kami sampaikan demi kemajuan anak didik khususnya dan demi kemajuan
pendidikan pada umumnya.
DAFTAR
RUJUKAN.
Andri Gunawan, MENGUAK DAHSYATNYA
RAHASIA HIPNOSIS, Tiara Pustaka, Yogyakarta,
2010.
Hamidi, METODE PENELITIAN KUALITATIF, UMM
Press, Malang, 2008
Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajaran,
DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR DAN INSTITUT RISET DAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN, Volume III, nomor 10, surabaya, Oktober 2012.
Moh Uzer Usman, MENJADI GURU PROFESIONAL,
Edisi Kedua, PT Remaja Rosda Karya, 2000
http://zakyweb.3dn.ru/index/ice_breaking_trainer/0-4
http://antoncekout.wordpress.com/2010/12/21/contoh-ice-breaking-pelajaran-geografi/
http://igaji.com/tentang-pekerjaan/belajar-mendengarkan-salah satu-kunci-sukses
http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/24/cobalah-belajar-mendengar/
oooOooo
0 komentar:
Posting Komentar