Kamis, 22 Oktober 2009

Tahun 2007 pernah kucoba melalui pelajaran Wirausaha mengajak siswa untuk berpraktek dagang secara perorangan. Maksudnya supaya siswa kemudian termotivasi untuk meneruskan usahanya. Saya bermitra dengan pensuplay barang dagangan. Awalnya sih sudah jalan, siswa membawa barang mulai dari Rp.50.000 naik- naik sampai ada mencapai Rp. 500.000,- dari 22 anak yang dibina, ada sekitar 7 orang yang akhirnya nakal tidak melunasi hutangnya tanpa merasa bersalah. Terpaksa deh saya harus nomboki ke mitra usaha itu. Tetapi ya sudahlah tujuanku baik, kulaksanakan dengan baik pasti Allah akan membantuku, tak kupusingkan soal tombok menombok. Yang aku sesalkan adalah setelah naik kelas siswa tersebut tidak terbina lagi dan semuanya putus begitu saja Tak satupun Menjadi pengusaha, waktu itu usahanya adalah penjualan kosmetik atau barang kecantikan.

Kucoba lagi tahun 2008 membina siswa 4 kelas 160 siswa barang minuman dan makan sudah berjalan dan kerugian karena kenakalan siswa dapat diminimalisir. Tetap yang gitu setelah naik kelas tidak lagi kontinyu. Akhirnya ada 2 orang yang masih terus usaha sampai sekarang karena didukung dan bekerja sama dengan orang tuanya.

Intinya bantuan berupa modal uang atau barang itu adalah nomor 2 untuk bisa membentuk seorang menjadi Enterpreneur, yang nomor 1 ternyata adalah membentuk, membiasakan, membudayakan pola fikir, perilaku, watak senang bangga sebagai wirausahawan. Sebagian besar orang tua, calon mertua, siswa menginginkan menjadi pegawai baik negeri maupun swasta. Sedikit sekali yang ingin fokus menjadi pengusaha, kalau itu yang terjadi tunggulah kemiskinan negara kita akan semakin terasa.