Senin, 30 Maret 2009

Siswa bosan bila guru memberikan nasehat secara lisan karena semua guru setiap jam setiap hari selalu memberikan nasehat. Apa kata mereka ”bosan nasehat-nasehat melulu” Mungkin seseorang guru bermaksud memberi motivasi dengan mengatakan ”belajar yang rajin supaya pintar” ganti jam pelajaran Guru lain memberi motivasi ”Orang muda harus kreatif, kerja keras dan berfikir masa depan yang gemilang” kemudian jam pelajaran berganti guru lain memberi motivasi ”jujur, tanggung jawab dan disiplin adalah kunci sukses seseorang” dan seterusnya setiap hari nasehat-nasehat yang diterima anak akibatnya bosan. Saya seorang guru merasa kurang kemampuan memberikan motivasi yang bersifat praktis. Atau mungkin hal yang sama dirasakan oleh sebagian Guru dan orang tua. Sebagai guru maupun orang tua cobalah tulis pengalaman yang pernah anda lakukan atau teknik memberi motivasi kepada anak Misalnya seperti ini :

Suatu sekolah mencoba memotivasi anak agar berperilaku jujur. Sekolah itu menjual makanan kecil atau kue dan minuman tanpa seorangpun petugas menjaganya. Barang-barang di tata di meja disuatu ruangan disitu sudah dituliskan aturan main dan daftar harga yang harus dibayar ketika seseorang makan kue disitu. Bolehlah di pintu masuk ruang itu dituliskan WARUNG KEJUJURAN.

Contoh lain seorang guru (tidak harus guru bahasa Inggris) memotivasi anak agar aktif berhasa inggris: setiap masuk kelas menyuruh siswanya dengan menggunakan bahasa Inggris, bila anak tidak jelas dan anak bertanya jelaskan lagi juga dengan bahasa Inggris.

Sabtu, 14 Maret 2009

Bukan dalam artian fisik memukul, menghardik, menghina atau menhukum dengan hukuman fisik yang berat, bukan. Dimaksud disini adalah perlakuan seorang guru yang mendidik anak dengan tidak serius dan tidak ikhlas sehingga murid menjadi tidak maksimal, bodoh, tidak berkembang pokoknya tidak melayani murid dengan prima. Guru demikian itulah yang kami maksud mendholimi murid.

Seharusnya guru bertanggung jawab mendidik murid untuk mengetahui, mengajarkan hal yang kurang baik menjadi baik, hal yang baik menjadi lebih baik melalui pendidikan. Guru harus siap secara profesional sesiap pelatih sepak bola profesional. Punya target, Punya rencana Proses pelatihan, bahan ajar, taktik dan strategi mengajar, rencana evaluasi secara detail. Guru juga harus punya target, Proses pembelajaran disiapkan tahap demi tahap melalui RPP dan bahan ajar, menggunakan metode mengajar yang menyenangkan Mengevaluasi setiap murid untuk mengetahui kemajuan murid, lalu memformulakan strategi apa agar lebih baik, pendekatan pribadi untuk mengetahui permasalahan murid untuk memberikan solusi dan memotivasi sehingga murid berhasil, itulah yang tidak banyak dilakukan oleh guru. Murid tidak terlayani dengan maksimal sehingga murid tidak berrkembang sesuai harapan pendidikan.

Terus terang saya sendiri belum bisa seperti itu, karena itulah saya menulis disini untuk mengingatkan diri saya sendiri dan teman guru lain yang merasa, dan segera merubah dirinya menjadi lebih baik.
Guru merasa sudah berjuang maksimal, coba direnungkan bahwa guru sudah merasa bangga karena ada murid dikelasnya 5-10 orang yang pandai dan dapat dibanggakan, padahal 30 lainnya masih tidak tahu apa-apa. Sementara yang 5-10 orang dipuja dibanggakan 30 yang lain bagaimana mereka pasti ingin menjadi murid pintar dan dibanggakan juga, padahal mereka semua menjadi tanggung jawab guru itu juga,

DR Marjohan, MPd,Kons dosen Universitas Negeri Padang bercerita. Suatu hari seorang guru meniggal dunia, Banyak murid-murid, guru-guru, wali murid takziah dan mengantarkan jenazahnya sampai ke pemakaman. Seandainya jenazah itu boleh meminta kepada seluruh yang mengantarnya pastilah meminta yang baik-baik. Tetapi kenyataan lain ”Murid-muridku bapak minta maaf atas kesalahan bapak” jawab murid beragam, ya pak saya maafkan walau bapak dulu sering tidak mengajar, saya maafkan pak walaupun pernah mendholimi saya, saya maafkan bapak walupun pernah menelantarkan saya sehingga saya tetap nakal dan bodoh, saya maafkan bapak karena bapak baik dengan saya walau dengan teman lain tidak, saya maafkan bapak walau saya tidak naik gara-gara bapak. Alangkah kasihan si bapak guru itu.