Minggu, 25 Mei 2008

Wimar Witular persfektif selasa malam 20 mei 2008 di suatu stasion TV mengatakan bahwa "Buta aksara di Indonesia masih cukup banyak dan ini membuat wajah Indonesia dimata dunia kurang bagus. Dalam Hal ini Indonesia menduduki rang 62 dari 106 negara di dunia" Selamat kepada Kabupaten Jember, sudah dinyatakan bebas buta huruf oleh Bapak Bupati Kab. Jember, mudah-mudahn data yang diajukan kepada bapak Bupati itu benar, saya sebagai penduduk Jember ikut bangga.
Wimar juga mengatakan kalau di Amerika orang yang buta teknologi Informasi juga termasuk wajah memalukan negara. Padahal di Indonesia buta baca tulis saja secara nasional belum tuntas. Apa lagi Teknologi Informasi, masih banyak orang yang Gaptek (gagap teknologi) atau buta teknologi. Perkiraan saya Guru, kepala sekolah, siswa masih banyak yang membuat dan mengelola e-mail, blog saja atau menggunakan internet saja belum Familier. Masih banyak yang harus ditingkat di dunia pendidikan agar wajah Indonesia menjadi lebih cantik dimata dunia.
Di Jember orang bisa main internet gratis di seputar alon-alon karena oleh Telkom di area itu sudah di pasang hotspot, masalahnya sudahkah masyarakat memanfaatkannya.

Rabu, 21 Mei 2008

Orang tua siswa dapat memilih untuk menyekolahkan putra-putrinya pada sekolah yang sesuai. Dinegeri ini lembaga pendidikan cukup bervariasi mengenai biaya dan mutunya. Ada yang murah, yang sedang dan ada yang mahal. Biasanya sekolah yang menawarkan pelayanan yang baik (bermutu) biayanya cenderung mahal, sebaliknya yang murah mutu pelayanan yaaah seadanya. Masalahnya adalah sebagian besar orang tua ingin yang murah dan pelayanan bermutu untuk pendidikan bagi putranya dan itu normal. Celakanya bila orang tua tidak realistis tentang kemampuan anak dan kemampuan ekonominya. Bagi siswa yang benar-benar pandai tidak masalah sekarang banyak bea siswa. Mungkin tidak ya pendidikan bermutu bisa dinikmati semua anak Indonesia.

Selasa, 20 Mei 2008


Saya ingin sekali berbicara di media blog saya ini tentang pendidikan. Sebab sudah 28 tahun saya jadi guru belum puas rasanya saya mengabdi dibidang pendidikan ini. Saya suka iri bila melihat orang lain ditayangkan dimedia-media utamanya seorang muda sudah punya karya besar berbuat sesuatu untuk memajukan bangsa ini. Sementara saya yang sudah mengabdi pada pendidikan rasanya belum berarti, wajah pendidikan masih seperti ini. Aku suka prihatin bila murid-muridku masih belum bisa bangkit, belum bisa hidup walau untuk dirinya sendiri, belum bisa merubah nasibnya menjadi lebih baik. Se abad sudah insan pendidikan berbuat, barangkali formula masih belum tepat, yang penting masih tetap semangat membina generasi yang hebat.